Tuesday, October 11, 2011

CHAPTER 5

***
          Mereka pun meninggalkan stasiun dan sekarang sudah berada di ruang tamu Metha. Cowok cool ini menyeruput es teh buatan Metha, “Gimana ?”Tanya Metha. Dira tersenyum, “Fresh,”jawab Dira dan tersenyum lagi. Metha senang melihat senyum Dira untuk kesekian kalinya. “Mereka siapa Dir ?”Tanya Metha. Dira janji ingin menceritakan sesuatu itu pun segera menarik nafas, “Anak buah papaku,”jawab Dira singkat. “Mau apa mereka ? kenapa mereka menyakitimu ?tanya Metha bertubi-tubi. “Itu suruhan papaku. Mereka mau bertemu dengan mamaku.”
“Hah, suruhan papamu ? Aku gak mengerti,”
“Iya, papa dan mama sudah lama hidup masing2. Aku ikut mama, sedang adik perempuanku satu-satunya ada sama papa. Dari dulu papa ingin membawa mama kembali bersamanya tetapi mama nggak mau. Makanya algojo-algojo Papa selalu memaksaku memberitahu keberadaan mamaku.”
“Kok begitu ? Kenapa kamu sembunyikan mama mu Dir, ?”
“Papa itu orang jahat Met. Dia pengusaha licik, menghalalkan segala cara untuk mencapai kesuksesan. Mamaku pisah karena papa ringan tangan dan aku nggak akan ngebiarin penjahat itu mengambil mamaku.”ucap Dira emosi. Lalu ia tertunduk sedih, Metha memegang pundaknya.
“Lima tahun aku nggak ketemu Dini dan aku nggak mau hal itu juga terjadi sama mama,”ujar Dira.
“Kenapa kamu nggak laporkan polisi ? Kasus seperti tadi sama aja kejahatan Dir.”
“Aku nggak mau seorangpun tahu tentang ini,”ucap Dira lantang.
“Maksud kamu ?”Tanya Metha. “Cuma kamu yang tahu kisah keluargaku ini Met. Karena kamu sudah jadi saksi secara tidak langsung.”jawab Dira. “Terus, sampai kapan kamu mau dikejar-kejar algojo kayak tadi Dir ? Seumur hidup ?”tanya Metha lantang.
Dira menoleh menatapnya, memegang kepalanya lalu menggeleng pelan. “Aku nggak tahu Met, bener-bener nggak tahu,”
“Kamu harus menyelesaikan semuanya Dir.”saran Metha. “Menyerahkan ibuku ke mereka? Nggak akan Met,”
“Pasti ada cara lain Dir, kita harus cari tahu itu.”
“Kita ?”ulang Dira kaget. “Iya, aku dan kamu akan menyelesaikan semua ini, aku gak akan biarkan kamu dikejar-kejar  algojo-algojo itu Dir,”
Dira terdiam, ia tidak menyangka Metha akan berfikiran untuk membantunya, padahal sikapnya selama ini begitu dingin ke cewek yang baru dikenalnya ini. Tetapi respon Metha begitu baik terhadapnya.

***
Malam ini Metha gak bisa tidur. Berkali2 ia membolak-balik badannya kesana-kemari. Metha gundah, ia ingin sekali membantu Dira menyelesaikan masalahnya. Namun, ia juga tidak ingin mengkhianati Dira dengan menceritakan kejadian tadi dengan orang lain. Dan satu-satunya orang yang ia kenal memiliki banyak ide adalah paman Bill. “Kenapa belum tidur Met,”sapa paman Bill yang tiba2 muncul di depan Metha. “Eh paman, Metha belum ngantuk aja. “Paman kapan pulang ?”Tanya Metha balik. Pama Bill terkekeh.
“Dari tadi paman di depan pintu kamu Met, manggil-manggil kamu kirain kamu udah tidur., tahunya pintu kamar kamu gak dikunci. Kenapa belum tidur ?”
“Hehe, aku gak dengar paman panggil aku tadi, “jawab Metha. “Jelaslah, kamu ngelamun gitu. Kenapa belum tidur ?’tanya paman Bill sekali lagi. “Hem, belum ngantuk aja,”jawab Metha lagi.
“Seharian kerja buat kamu nggak ngantuk ? Kenapa Met, lagi punya masalah ?”Tanya paman yang ragu dengan jawaban Metha dari tadi. “Hem, gak juga sih. Ga apa-apa kok, beneran deh,”jawab Metha. “Ya udah, kalau pengen cerita sesuatu, call me ya ?”
“Hehe, ok bos !”jawab Metha. Paman Bill tersenyum dan segera menutup pintu kamar Metha. “Huft..Metha menarik nafas lega, ingin sebenarnya ia tidur sekarang tapi bayang-bayang Dira begitu melekat dibenaknya. “Ya Tuhan, apa aku benar-benar sudah jatuh cinta dengan cowok dingin itu ?”batin Metha. Lalu ia tersenyum manis dan membawa bayangan Dira ke dalam mimpinya.
                                                     
                                                                             ***
           Pagi ini Metha dan Dira ada tugas mengambil gambar di SMA freedom. Mereka berangkat lebih awal dari yang kemarin. Selain takut terjebak macet, mereka juga akan menghadap Direktur sekolah untuk meminta ijin karena mereka akan mengambil gambar di sekolah itu.
Tepat pukul 7, mereka menghadap Direktur dan mendapat ijin mengambil gambar di kelas 3 jurusan pariwisata. Beruntung, para siswanya sangat mendukung, mereka antusias sekali menyambut Metha dan Dira. Setelah memperkenalkan diri, mereka pun mengambil posisi di sudut kelas sambil mengarahkan Metha. Dira sesekali menoleh ke arah seorang siswi yang berambut spiral panjang dan mengenakan softlens itu. “Siapa sih dia ? Bisa mengganggu konsentrasi Dira ?”batin Metha penasaran.
2 jam pelajaran pun berakhir. Murid-murid berhamburan  keluar kelas, Metha tersenyum melihat tingkah mereka, jadi pengen sekolah lagi, batinnya. Lalu seorang cewek menghampiri mereka, ia tersenyum manis ke arah Dira. “Inikan cewek yang tadi liat-liatan sama Dira. Mereka ada hubungan apa ya, kelihatan begitu akrab ?”batin Metha lagi. “Apa kabar Dir ?”sapa cewek itu ramah.
“Baik. Kamu sendiri gimana ?”Tanya Dira balik.
“Aku juga baik, nggak nyangka ya kita ketemu disini.”
“Hmm..aku pikir tadi aku salah lihat.”ujar Dira, cewek itu tersenyum manja.
“Kirain kamu lupa ma aku, udah lama banget yaa kita gak ketemu.” Lanjut Mhia, mendengar hal itu wajah Metha berubah drastis. Hahaha, plis deh Met, jangan sampai doi tahu kalau kamu jealous sama cewek itu.
“Ini pasti rekan kerja kamu kan Dir ? Aku pernah cari tahu soal kamu lewat mbak Pipit. Hai, kenalkan aku Mhia,”ujar Mhia ramah. Metha membalas jabatan tangannya lalu menyebut namanya.
“btw udh dulu ya,kami mau break ke kantin. Yuk Met,” ajak Dira
“Eh tunggu,kebetulan aku juga mau kesana, barengan aja. Aku pengen ngobrol banyak  ma kamu.”Mhia menatap Dira. Merekapun menuju ke kantin. Dan benar saja, Mhia menanyakan banyak hal ke Dira, mulai dari kabar mamanya Dira, Dini, hingga perkembangan kasus papanya. Kasus??? Bukannya kata Dira gak ada seorangpun yang tau yaa? Bathin Metha heran. Mhia dan Dira keliatan begitu akrab, sampai2 Metha merasa cuma jadi obat nyamuk mereka, benar2 nggak enak deh berada di posisi kayak gini. Beruntung handphone milik Metha berbunyi, ia pun menjauh dari mereka untuk mengangkat panggilan dari mbak Pipit. Setelah kurang lebih 15 menit Metha berbicara dengan Pipit, ia pun buru2 kembali ke kantin untuk memberi tahu kabar bagus yang baru saja ia dapat.
But, Nihil…! Meja mereka yang tadi, sudah di huni orang lain, lalu kemana mereka ?!
“Sorry, liat Mhia nggak? Tadi disini sama cowok tinggi pakai sweater coklat,” Tanya Metha ke anak2 yang lagi asik becanda itu.
“Oh Mhia, sama cowok cool itu kan? Kesana mbak, kayaknya mereka menuju taman belajar deh. Itu, tepat di belakang laboratorium IPA.” Jawab salah satu diantaranya. Metha mengucapkan terima kasih dan buru2 menuju kearah yang yang di jelaskan tadi.
            Sesampainya di belakang lab, Metha segera mencari sosok Dira , ia menoleh kesana-kemari, ”taman belajar kok sepi begini sih,” Bathin Metha, dan ia mendapati Dira dan Mhia tengah duduk di salah satu pendopo disana. Metha mengurungkan niatnya untuk menghampiri mereka, kelihatannya mereka memang sengaja datang kesini untuk membicarakan sesuatu, tampak Dira terdiam sambil tertunduk mendengarkan pembicaraan Mhia, sepertinya memang serius. Metha pun memilih menunggu Dira disini, di belakang laboratorium IPA. Ia   menyandarkan kepalanya di dinding lab, sembari memainkan cameranya. Lalu ia meng-zoom Dira dan Mhia disana. Dasar usil..!!!
Metha tidak tahu pasti apa yang sedang mereka bicarakan, yang jelas sejak 10 menit Metha memerhatikan, Dira hanya tertunduk dengan gaya cueknya. Metha pun melirik jam tangannya, sudah 20 menit, hampir setengah jam? sampai kapan aku harus menunggu ?! bathin Metha mulai bosan. Tiba-tiba Dira beranjak dari duduknya dan mulai menjauh dari Mhia. Lalu cewek itu mengikutinya, menarik tangannya, hingga langkah Dira terhenti. Metha pun meng-zoom gambar mereka, dan lebih dekat lagi. Ia pun bisa melihat dengan jelas ekspresi Dira. Cowok cuek itu membisu, dan yang benar saja, Mhia memeluknya dari belakang, Metha kaget melihat aksi nekat Mhia, mulutnya membulat membentuk huruf O. Dira tidak membalas pelukannya, ia pun tidak menghindar. Di biarkannya kedua tangan Mhia melingkari pinggangnya. Metha menurunkan cameranya. Ia meninggalkan mereka. Lalu buru2 mencari toilet. Ia bertanya kesana-kemari dimana keberadaan toilet.
           Sudah 15 menit lamanya Metha mendekam di dalam toilet, ia berdiri didepan washtafel sambil mencuci muka berulang-ulang. Ia menarik nafas dalam2, lalu menghembuskannya pelan-pelan.  “Dia pasti mantan pacar Dira, mereka benar2 dekat.” Bathin Metha, ia tidak mengeluarkan sepatah katapun. Ia pun tidak sanggup mengingat kejadian yang dilihatnya. Kabar bagus yang tadi didapatnya dari Pipit, di lupakannya begitu saja. “ Apa mungkin aku sudah jatuh cinta?!” Metha kembali menarik nafas, lalu ia tertunduk, dan kembali mengangkat kepalanya. Lalu keluar dari toilet.
“Lama banget sih, berendam?” singgung Dira yang tengah bersandar di dinding pintu toilet. Metha menatapnya kesal, Dira pun tersenyum geli melihat ekspresi Metha. “biasaa aja donk mukanya, nggak usah di jelek2in gitu.” bisik Dira dengan senyum usilnya. Metha menatapnya sekilas dan berlalu. Ia benar2 nggak mood bercanda, tiba2 saja ia jadi malas memotret. Aduuh… Metha, cemburunya biasa aja donk..!!!
“Kita  ambil gambar di perpus yuk Met,” ajak Dira. Metha tidak menyahut, ia melangkah beriringan dengan Dira menuju perpustakaan.  Sesampainya disana sudah ada murid kelas 3 jurusan pariwisata. “ah, kenapa mereka lagi sih!” pekik Metha, Dira pun menoleh, “memangnya kenapa dengan mereka?” Tanya Dira heran. “bosen aja.” Jawab Metha datar.
Satu jam setengah pun berlalu, Metha dan Dira mengakhiri pemotretan hari ini. Merekapun berpamitan meninggalkan sekolah,dan Mhia menghampiri mereka.”Dir,”panggil Mhia lembut, Dira menoleh,”Semoga ini bukan pertemuan kita yang terakhir yaa,” ucap Mhia penuh harap. Dira tersenyum, “jangan terlalu berharap,”jawab Dira datar, lalu meninggalkan perpustakaan. Sesampainya diparkiran, 2 orang laki-laki turun dari mobil Jeep hitam dan menghampiri mereka. Algojo itu lagi. Dira tidak perduli,ia tetap menggunakan helmnya dan mulai menstarter motornya. “hei,” ucap algojo itu sambil memegang lampu depan motor Dira, Metha menatapnya serius. “Aku minta kalian pergi jauh2,sebelum aku menelepon polisi dan kalian benar2 dijebloskan kepenjara. Mengerti !” ujar Metha dengan nada tinggi. Kedua algojo tersebut pergi,sebelum akhirnya menjatuhkan sebuah kertas yang dilipat-lipat. Dira dan Metha pun meninggalkan SMA Freedom, lalu Dira memarkir motornya diponggir jalan di bawah pohon. Metha pun turun dan menatapnya heran, “Mau ngapain?” Tanya Metha. “Makan.” Jawab Dira, Metha mengernyitkan dahi, disini kan gak ada rumah makan, atau warteg, apalagi restoran. Bathin Metha heran. “Disana !” tunjuk Dira disebrang jalan. Disana terpampang jelas sebuah banner “Naslap Yuhui..!” Dira pun menyebrang diikuti Metha.
“Mau makan apa?” Tanya Dira
“Emangnya ada apa selain nasi lalap?” Tanya Metha balik
“Ada bakmi, nasgor, mie ayam,tapi yang terkenal yaa nasi lalapnya.”
“ya udah, nasi lalap aja.” Jawab Metha datar.
“Naslapnya 2 bang..! es tehnya juga 2 yaa..!” teriak Dira pada pelayan yang kelihatannya sudah tak asing lagi bagi cowok cuek ini.
Sambil menunggu pesanan datang. Metha mengeluarkan handphone nya lalu mengasikkan diri bermain handphone. Sedang asyik mengucik-ngucik handphonenya, Dira pun asyik memerhatikan gadis manis dihadapannya. “Biasa aja ngeliatnya, gak usah gitu2 banget deh,”sindir Metha. Dira pun tertawa geli. “Apanya yang lucu ?”singgung Metha lagi, tanpa melepas handphone dari tangannya. “Kenapa sih, dari tadi sinis aja ? Cemberut mulu,”Tanya Dira. “Biasa aja. Emang kelihatan begitu ? Perasaaan kamu aja kali,”sahut Metha datar. “Kamu emang gak banyak omong, kamu itu sosok cewek yang ceria dan kritis,tapi hari ini kamu mendadak jadi dingin dan sensitive, lagi dapet yaa,” guyon Dira. Metha meletakkan handphonenya di atas meja, lalu menatap Dira. Lurus.
“Bukannya kamu yang dingin ? Gak pernah mau menyapa duluan dan sok cool ama temen2 di kantor.”protes Metha. Dira tersenyum kecil, “it’s my self “ kata Dira singkat.
Metha tidak menyahut lagi karena pesanan mereka sudah datang, ia mencelupkan tangannya di kobokan dan melahap sayap ayam nasi lalap itu. “Ah dasar Dira, gak baju, gak makan, berantakan banget sih,”batin Metha yang melihat jaket Dira terkena sambal. Tiba2 muncul Mhia, cewek itu langsung mengambil posisi duduk di samping Dira. Metha celingukan, “dari mana datangnya nih anak, nyelonong aja. dasar jin.” Kata Metha dalam hati. “Ya ampun Dir, ternyata kamu masih sering makan disini yaa ?”ujarnya sumringah. “Kebetulan lewat,”ucap Dira tanpa menatapnya. “Masih sering ? berarti ini tempat favorit mereka donk !”batin Metha lagi. “Kamu masih seperti yang dulu ya Dir, kalau makan gak pernah rapi,ampuun deh,”ucap Mhia sembari mengelap sambal dijaket Dira dengan tisu. “masih seperti yang dulu ?! ungu kale..!!” sahut Metha, tentunya didalam hati. Metha menyeruput es jeruknya hingga habis. Wah ! kayaknya ada yang termakan api cemburu nih, sayap ayam aja sampai habis tanpa sisa, trus kemana tulang2nya ? hahahha….
“Aku tadi lewat sini juga, laper banget sekalian makan siang deh.”ucap Mhia. “Huh, siapa yang nanya ?”umpat Metha masih di dalam hati. Dira asyik melahap nasi lalapnnya, sedang Metha sudah lebih dulu memakan 4 potong sayap ayam tanpa sisa. “Hmm, sebenarnya aku pengen banget diantar pulang ama kamu,”ujar Mhia manja. Dira menoleh, “Gak bisa,”jawab Dira datar.
“Gak apa2 Dir, aku naik angkot aja.” kata Metha lalu mencuci tangannya dan meraih tas selempangnya. Dira menatap Metha heran, “Tuh kan Metha aja ngerti,”ujar Mhia masih dengan nada manja. Nggak ngerti banget sih,kalo ada yang cemburu berat. Metha pun buru2 beranjak dari duduknya, “Kebetulan aku ada urusan penting. So, thanks Mhia.”kata Metha & meninggalkan mereka berdua dengan langkah tergesa-gesa. Mhia melambaikan tangaanya. Duuh, nggak berperasaan banget sih..!
                                                                       

No comments:

Post a Comment