Sunday, October 2, 2011


CHAPTER 3

       Pagi ini Metha semangat banget pergi ke kantor. Kira-kira kejadian apa lagi ya yang bakal aku alami sama cowok cool itu ?batinnnya. Tepat pukul 8 pagi, Metha diminta menghadap Dira. Ia pun pergi menuju meja Dira yang sudah ada Pipit terlebih dulu. Belum lagi Metha bertanya ada apa, Dira meraih berkas di lacinya dan membantingnya di atas meja. Bruk..!!! Metha pun tersentak dan memasang wajah bingung sebingung-bingungnya.
“Gara-gara laporan konyol ini, aku dapat teguran dari pimpinan.”ujar Dira ketus. “Laporanku ?”ucap Metha heran.
“Memangnya siapa yang  kuminta tulis hasil pemotretan diprotokol kemarin ? hah ???”jawab Dira. Gila..!! Ekspresinya sereem banget, emang laporanku salah apa sih ?batin Metha. Dira menyerahkan laporannya dan mempersilahkan Metha pergi dari hadapannya. Pipit pun mengikuti Metha hingga ke mejanya. Perlahan Metha membolak-balik laporan hasil kerjanya dan mendapati flashdisk di dalamnya. “Waduh, gambarku juga dibalikin.”ujar Metha nggak habis pikir.
“Yaa, kan aku udah bilang Met, jangan lupa didelete gambar-gambarnya Dira sebelum orang-orang kantor tahu kalau kamu naksir berat sama doi. “sahut Pipit. Metha pun menatap lurus kedua mata Pipit dan mencoba mengingat sesuatu. Lalu ia membolak-balik laporan yang dikembalikan oleh Dira tersebut. Benar saja ternyata memang ada foto Dira terselip diantaranya. Foto itu hasil print-an Metha kemarin. Metha pun menepuk keningya, lalu memandang Pipit dengan cemas. “Santai aja mukanya Met, dunia udah tahu kok. Hihihi..”canda Pipit sambil tertawa geli lalu ia menjauh dari meja Metha.
***
“Aduuh, paman sok tahu sih. Kenapa nggak nanya Metha dulu. Urusannya jadi brabe nih,”ujar Metha di telfon genggamnya.
“Kamunya udah tidur Met, laporan kamu tuh berserakan di meja kerja. Ya udah paman susun jadi satu aja.”jawab paman Bill diseberang handphonenya.
“Ah, ini ni yang Metha sebelin ama paman Bill, gak pernah mau nanya-nanya dulu, main ambil keputusan aja.”gerutu Metha.
“Hehe… makanya kalau mau tidur kerjaan tuh disimpun dulu donk. Masa dibiarin di meja. Jadinya, paman deh yang rapikan. Niatnya baik Met,”bela paman Bill.
“Tau ah, paman nyebelin. Gara-gara paman Bill masukin print-nan gambar-gambar itu Metha dapat masalah nieh,”kesal Metha dengan wajah yang merengut sejadi-jadinya dan nggak nyadar beberapa pasang mata yang tengah memerhatikannya.
“Ya udah, paman minta maaf ya sayang? Nggak lagi deh ikut campur sama kerjaan kamu,”ujar paman Bill mengalah.
“Iya deh, ya udah Metha mau ngadep bos dulu nih paman Bill, udah dulu yaa ?”ujar Metha yang menurunkan nada bicaranya.
“Eh, bentar dulu Met,”sahut paman. “Apalagi paman ?”Tanya Metha penasaran.
“Hmm, doi ganteng juga yaa ? Pantesan kamu naksir berat. Hihihi..” paman Bill terdengar tertawa geli disana, membuat Metha kembali dongkol. “Paman Bill rese banget sih, siapa juga yang naksir dia.”
“Hahaha…!! Buat apa ngeprint gambar doi kalau gak naksir ? Pacar kamu yaa ? Kenalin ma paman donk,”lanjut paman.
“Iih, paman apaan sih. Dia bukan pacar Metha titik, ass,” dan tut..tut..tut ! tanpa menunggu jawaban paman Bill. Metha memutus hubungan telefonnya dengan paman. Dan wajahnya tampak dongkol karena ejekan pamannya, lalu ia segera menuju ruangan manager.
Setengah jam pun berlalu, Metha keluar ruangan sambil mengusap keringat di dahinya. Lalu ia menuju ke mejanya untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh managernya tersebut. Ia pun berpapasan dengan Dira, tanpa sepatah katapun Dira melewatinya tanpa ekspresi.
 “Kayaknya dia beneran marah deh ma aku,”batin Metha. “Tuuh kan, ngelamuuun terus. Mikirin apa Met ? Buruan beresin kerjaan kamu biar cepat kelar,”tegur Pipit. Metha pun menengok ke arahnya. “Tuh kan, malah bengong,”lanjut Pipit sambil menggeleng, lalu ia duduk di atas meja Metha.
“Mikirin apa sih Met ? Dira ? Udaaah, gak usah pikirin dia,”
“Bukan, aku lagi mikirin tugas-tugasku aja mbak. Hehehe.. bejibun.”
“Laporan yang tadi ? terus gmn perkembangannya ?” Tanya Pipit serius.
“Laporannya diminta susun ulang, truus…”
“Terus ?” kedua bola mata Pipit membesar menatapnya.
Metha menggaruk kepalanya yang gatal. “Mbak Mona minta aku jepret ulang, di stasiun.”jawab Metha yang masih mengingat obrolannya dengan manager kantor setengah jam yang lalu. “Sama Dira,”lanjut Metha sambil celingukan, berharap yang disebut namanya nggak bakal dengar.. “Hahaha…!! Itu masalahnya, bagus donk Met.” Diluar dugaan, Pipit tertawa lepas. ” Bagus apanya mbak ?” Tanya Metha heran. “Kamu bisa berduaan sama dia kan ?”canda Pipit lagi.
“Mbak Pipit kan, mulai lagi deh,”kesal Metha.
“Emang bener kan ?Eh, doi jomblo tuh,”bisik Pipit lagi. Metha tak menyahut.
“Hehehe, trus kapan mulai jepret gambar di stasiunnya ?”Tanya Pipit kembali serius.
“Besok pagi, nggak cuma stasiun mbak, lusa aku harus ambil gambar anak-anak sekolah di SMA Freedom. Terus laporannya mesti udah beres minggu depan. Disuruh buat artikel pula tentang anak-anak SMA. Huft, ribetkan ?”
“Semuanya sama Dira ?”Tanya Pipit serius.
“He-eh, dia editor aku mbak.” Jawab Metha pelan,
 “Syukur deh,”
“Aku kok malah disyukurin sih mbak !”Ketus Metha.
”Nggak gitu Met, syukur tim editormu bukan aku, soalnya aku juga lagi banyak kerjaan dan lebih syukur lagi aku gak perlu repot-repot dampingi kamu.”
“Iya sih, mbak Mona yang minta.”
“Ya udah, sering-sering aja masukin gambar Dira dilaporanmu, jadi kan banyak kesempatan bareng ama doi. Eeh lumayan tuh, jadikan kesempatan buat kenal Doi lebih jauh.”Kata Pipit setengah berbisik dan buru-buru meninggalkan Metha dengan tawa yang menggelegar, membuat Metha makin dongkol dibuatnya. Sesaat kemudian ia tertawa kecil, yeah.. doi jomblo…! Horeee. batin Metha lega.
Sepulang dari kantor, Metha mendapati Dira tengah siap-siap pulang. Cowok cool itu meraih jaket di kursinya dan beranjak pergi.
“Dira !”panggil Metha ragu, doi pun menoleh kearahnya dengan wajah datar. “Hmm, aku minta maaf soal gambar-gambar kamu yang ada dilaporanku.”
“Bsok jam berapa ke stasiun ?”Tanya Dira tanpa basa-basi.
“Kamu sudah tahu soal itu?”Tanya Metha balik. “Mbak Mona yang kasih tau. jam berapa?”Tanya Dira lagi. “Hmm,jam 8 pagi.”jawab Metha.
“Ya udah, besok aku jemput jam 7,takut kejebak macet.”
“Haa, jemput aku?”Tanya Metha kaget. “Memang selain kamu, ada siapa lagi yang ditugaskan besok?”Tanya Dira lagi dan meninggalkan Metha yang masih bengong. “Jiaaah, dia mau jemput aku ?! Hem,Biarpun nggak dapat maaf, se’gaknya dia mau jemput.”batin Metha sambil cengar-cengir.
“Muke gile, doi emang cool banget. Huft.. gak sanggup deh lihat gayanya.”sambung Metha dalam hati.

No comments:

Post a Comment