Sunday, January 1, 2012

Kau Terindah


    Jayco berdiri diambang pintu café. Ia melihat kesegala arah, mencari tempat kosong untuk dia. Lalu sebuah meja menarik perhatiaanya. Letaknya dipinggir jendela. Posisi duduk tamu menghadap ke jalan. Tepat didepan sebuah losmen minimalis. Meja itu bernomor 09 dan kosong. Tanpa pikir panjang Jayco segera menduduki kursi yang menghadap kejalan. “Lumayanlah buat hiburan.”Batinnya. lalu ia mulai menarik nafas, menghilangkan semua penat yang ada di kepalanya. “Mau pesan apa?”Tanya seorang waiters. “Yang seger and yang dingin.”Jawab Jayco, kepalanya menengadah ke atas. Kening waitres sedikit berkerut. Perasaan yang seger itu yaa yang dingin. Batinnya geleng-geleng kepala. “Makannya apa?”Tanyanya lagi. Jayco menggeleng pelan. Waitres itupun segera pergi dari hadapan Jayco. Lalu cowok ini menutup kedua matanya sejenak, mulai menarik nafas dan menghembuskannya. Huft, Ia pun membetulkan posisi duduknya dan menatap keluar jendela. Tampak bebereapa kendaraan tengah lalu lalang. Hanya beberapa saja, karena  “café alone” ini tidak berada di pinngir jalan besar. Bangunan simple tapi interest ini di bangun di jln losmen. Tepatnya di hadapan losmen mandiri. Seperti namanya, café ini benar-benar sendiri keberadaannya. Sejurus kemudian Jayco bersandar dikursi lalu mulai mengetuk-ngetuk meja di hadapannya. Tiba-tiba ketukannya terhenti. Wajahnya serius menatap ke losmen diseberang jalan. Disana tampak seorang gadis yang baru saja menutup gerbang losmennya. Lalu ia berdiri didepan gerbang. Berdiri tegap dengan wajah tenang. Rambutnya tergerai indah sepinggang, ia memakai blouse abu-abu dengan syal berwarna hitam. Ia Nampak begitu anggun dan sangat mempesona. Jayco tersenyum kecil kearahnya, melihat wajah yang tenang itu, membawa perasaan Jayco ikut tenang.  “Mau ngapain sih dia?” batin Jayco penasaran. 5-10 menit berlalu. Sang gadis anggun nan elok itu masih berdiri disana. Tatapan jayco lurus menatapnya. Ia menarik nafas. “betah amat dia berdiri disitu. Nungguin apa sih.”batin Jayco lagi. Namun tidak merubah posisi sang Gadis di depan sana. Sesekali ia menyibakkan rambutnya. Mencoba mengurangi sedikit gerah karena terlalu lama berdiri. “Kasian, tega banget sih cowok yang mau jemput dia ini.”batin Jayco lagi. Eeh, memangnya cowok yang mau jemput dia? Sok tau nih Jayco. Beberapa jurus kemudian, sebuah Taxi berhenti di hadapannya. Gadis itu pun masuk dan berlalu bersama dengan  lenyapnya taxi di telan kegelapan malam. Jayco kembali menarik nafas dan bersandar di kursinya. Kesunyian café membuatnya terkantuk. Ia pun beranjak meninggalkan café alone.
                                                         ***
Joy berjalan kekoridor gedung H untuk kesekian kalinya. Ia menoleh kesana-kemari. Nihil, orang yang di cari-cari sejak setengah jam yang lalu tidak nampak batang hidungnya sama sekali. “Shit! sialan tuh anak !”Umpat Joy sambil mengepalkan tangan kanannya. “Dam,”Joy menepuk bahu Adam yang baru saja akan melewatinya bersama Maya. Adam pun menoleh, lalu mengangkat kedua alis matanya. “Loe liat Jay?!”Tanya Joy sambil celingukan. Siapa tau tuh anak nyempil di kaki-kaki orang. Weits.. kucing kali. “Cari aja di kantin.”Jawab Adam dan berlalu dari hadapan Joy. Tidak membuang-buang waktu lagi, Joy segera menuju kantin yang di maksud Adam.
Setibanya di kantin, Joy segera menuju bangku yang paling pojok, menghadap jendela. Tuh kan bener, Jayco lagi menikmati White Coffee seorang diri. Joy pun segera duduk di hadapannya dan mengembuskan nafas, Hosss.. “Dari mana Loe?”Tanya Jayco menatap heran ke Joy yang ngos-ngosan. “Loe yang kemana aja geblek. Songong loe nggak angkat telpon gue.”Umpat Joy. Jayco pun merogoh kantong celananya dan melihat 5 panggilan tak terjawab. “Sori, Hp gue silent dari tadi malam.”Kata Jayco datar. Tanpa memesan ke battender, pihak kantin sudah hapal mati pesanan Joy. Selalu sama dengan Jayco dan masih sama. White Coffee no cream. Kata cewek manis ini, Cream bikin muntah. Oh iya, jangan kira kalau Joy itu cowok keren yang suka ngilang kayak Jayco loh. Dia cewek. Tulen ! hmm.. maksudnya cewek jadi-jadian. Masih diragukan. Haha, nggak dink !
Joy itu cewek. Cewek dengan  rambut panrok sebahu. Dia punya lesung pipi secuil aja di sebelah kanan. Jayco sempat heran juga, itu lesung atau bekas paku 3 inci ? kecil banget katanya. Haha, tapi cukup buat Joy menarik untuk dilihat dan di pandang dari jarak kurang lebih 100 meter. Kenapa dia di panggil Joy? Itu panggilan akrabnya dia yang manis tapi macho. Alias Tomboy !
Nama sebenarnya sih Jessica tok. Jessica doank. Jessica aja. Yah, pokoknya Jessica lah. Seantero kampus juga udah akrab sama panggilan itu. Satu-satunya orang yang nggak mau banget manggil Joy cuma Mama Jayco. Alias Tante Jeni. Waktu pertama kali bertandang kerumah Jayco, Tante Jeni sempat Shock melihat cewek manis yang mengenakan celana berkantong dan bersweter. Beda jauuuh sama Shinta. Mantan pacar Jayco yang baru putus minggu malem. Alasan Tante Jeni sih,”Cewek manis kayak Jessi nggak pantas di panggil Joy. Mama keberatan !”Katanya gitu. Hihihi, Joy aja sampe tersanjung dengernya, tapi nggak berhenti ketawa. Trus, kenapa nama mereka mirip ?! itu cuma kebetulan aja. Mereka kuliah di Fakultas dan jurusan yang sama. Fkip, Sastra Inggris. Sejak awal menginjakkan kaki di Universitas Merdeka, Joy and Jayco sudah terbilang akrab, gara-garanya banyak persamaan. Sama-sama doyan makan tanpa mengenal lelah, sama-sama doyan music regge, sama-sama doyan begadang sampai dini hari, sama-sama demen fitnes, sama-sama demen ngantin menjelang tutup, sama-sama hantunya PS. Mulai jamannya meggymbot, Nintendo sampe akhirnya PS1, PS2, PS3. Hingga sekarang mereka duduk di semester 7 menjelang skripsi. Persamaan itu belum ada yang berubah. Bahkan levelnya naik 1 tingkat gara-gara Mata Kuliah TEFL and TOEFL.
            “Semalem loe kemana? Di ajakin main PS, kabur. Nyali tempe !”Tanya Joy sambil mengunyah kue sus yang baru saja di pesannya. Kebetulan, belom sarapan. Tante Rani tadi buru-buru kekantor, makanya nggak sempet bikin roti selai buat Joy seperti biasanya. Padahal dia kan bisa buat sendiri, dasar malas. “ke Café. Bete gue.”Jawab Jayco masih datar. Joy mengangkat kedua alisnya. Cowok tengil tapi keren ini kan baru diputusin Shinta, yang sudah di pacarinnya sejak SMA. Terhitung 5 tahun sejak mereka kelas 3 SMA dan di putuskan Shinta seminggu yang lalu. Joy menyaksikan peristiwa mengenaskan itu kok. Ngeeek.. tragedy lubang buaya kali mengenaskan. Haha..
Sejurus kemudian, Jayco bangun dari sandarannya. Lalu meletakkan kedua tangannya di atas meja. “Semalem loe kemana?!”Tanya Jayco. Sambil menelan kue susnya yang ke3, Joy berusaha menjawab. “Gue ke rumah loe dodol. Mama loe bilang loe jalan, gue cabut. Nangkring gue di tempat Awam ma Radit mpe jam 2.”Jawab Joy yang baru saja memenangkan taruhan PS2 sebesar 200 ribu dari Radit, teman sekelasnya Mata Kuliah TEFL. Awam itu nama tempat penyewaan PS favorit Jayco and Joy. Pemiliknya rada-rada bences. Jadinya gampang di kibulin. Hehe, “Semalem gue liat cewek Joy. Kayaknya dia tinggal di losmen depan café deh. Anaknya cakep. Manis.”Kata Jayco diakhiri senyum. Joy menyeruput White Coffeenya, sruuup… “Cakep atau manis?!”Tanyanya selidik. “Manis, cantik, anggun, rupawan.”Jawab Jayco cengengesan. “Hhhh.. dasar geblek! Kambing di bedakkin juga loe bilang manis.”Sahut Joy. Lalu meraih martabak hindia di hadapannya dan mencoleknya di kare ayam. Mantaap. “Gue serius Joy. Perawakannya tuh tinggi, semampai, anggun, wibawa. Pokoknya dia beda deh. Gue belom pernah liat cewek kayak dia. Gue suka gayanya yang santai tapi adem.”Kata Jayco lagi sambil mengingat gadis semalem yang dilihatnya. “air kran kale, adem.”Sahut Joy. Jayco masih lanjut menceritakan gadis yang dilihatnya tadi malam. “Pokoknya Joy. Cewek yang satu ini, makhluk Tuhan yang paling Manis deh. Anggun and mempesona.” Trus “Pokoknya Joy. Gue harus balik ke café itu lagi. Gue mau liat dia lagi. Kira-kira dia pake syal nggak ya? Warna apa ya?” sambungannya lagi “Pokoknya Joy. Ntar malem loe harus ikut gue, loe harus liat gadis idaman gue yang Elok rupawan. Harus !” dan yang paling aneh “Menurut loe dia jodoh gue, bukan?” haaa??? Joy mendelik. Lalu tertawa terpingkal-pingkal, sambil tertawa ia berusaha menelan martabak hindia yang ke2. “Gila loe ya,”Sahut Joy. Lalu menyeruput White Coffee dan glek.. glek.. glek.. habis. Jayco menendang sepatu kets Joy. “Songong loe ya, malah ngetawain gue.”Ujarnya kesal. “Aah sialan loe. Martabak gue juga loe embat.”Kata Jayco lagi. Ternyata yang kedua porsinya Jayco. “Oh punya loe say? Aduh, kenapa nggak bilang? Kemakan deh.”Kata Joy dengan ekspresi bersalah. “Say.. saympah ! emang dasar mulut loe penggilingan beras !”Umpat Jayco lagi. Joy pun tertawa geli melihat ekspresi sahabatnya itu. Seseorang tengah memandang kesal tawa itu. Ia memerhatikan dari kejauhan. Lalu berjalan kearah meja mereka. Lalu duduk di sebelah Jayco. Tawa Joy pun terhenti. Suasana menjadi sedikit kaku. “Say, aku mau ngomong sebentar.”Kata cewek berambut spiral yang mengenakan softlens ijo. Nenek sihir mata duitan. Itu julukannya dari Joy. “Say. Saympoo.”Sahut Joy. Shinta melirik jutek kearahnya, “Sori ya JJ. Gue nggak ada urusan sama loe.”Ujarnya ketus. “Never mind. Gue tunggu loe di kelas seminar Sayy.”Kata Joy dengan menekankan kata say. Lalu ia pergi dari hadapan mereka. Jayco menoleh ke Shinta. Dari tatapannya, dia masih sayang sama cewek manja ini. “Ngomong aja disini.”Jawab Jayco. “Nggak bisa say. Ini privasi.”Ucapnya lurus menatap Jayco. “say” itu adalah panggilan sayang Shinta ke Jayco sejak SMA. Nggak heran kalau Joy kadang memanggil plesetannya untuk mengolok Jayco. “Udah nggak ada privasi di antara kita Shin.”Kata Jayco. “Well,”Ucap Shinta lalu memutar kursinya menghadap ke Jayco.
“Mama aku sakit.”Ucap Shinta dengan suara berat. Jayco mengerutkan keningnya.
“Jantung koroner itu? Katamu sudah dibawa ke Singapor.”
“Iya. Mama baru pulang kemaren. Sama sekali nggak ada perubahan Say. Tadi pagi aku anterin Mama berobat alternative. Salah satu upaya penyembuhannya membantu menenangkan tekanan batinnya.”
“So?” Tanya Jayco to the point.
“Hmm.. Mama shock denger kita bubaran. Dia mau ketemu kamu.” Kedua alis mata Jayco kembali mengekrut. “Untuk apa?”Tanyanya. “aku nggak tau. Mama shock banget. Bahkan tekanan darahnya naik jadi 188. Kamu mau ya Say. Please,”Ujar Shinta memohon. Jayco menarik nafas, “Harusnya Mama kamu bisa menerima kenyataan ini Shin. Diantara kita memang nggak ada kecocokan lagi. Loe juga terang-terangan udah bosan sama aktivitas gue. Bahkan loe yang mutusin gue. Dan gue bisa terima itu. Harusnya loe bisa meyakinkan nyokap loe. Minimal silahturahmi kita masih baik kan.” Terang Jayco. Shinta memegang telapak tangan Jayco. “Please Jay. Aku masih sayang sama kamu.”Ucap Shinta. Jayco segera menjauhkan tangannya dari Shinta. Lalu ia meneguk white coffee di hadapannya. Glekk.. gleekk.. habis.. “Well, kapan?”Tanya Jayco. Shinta tersenyum kecil. “Nanti sore. Sepulang dari kampus. Yaa?”katanya lagi. Jayco mengangguk lalu berdiri dari duduknya. “call me,”ucapnya lalu berjalan ke kasir dan menyusul Joy di kelas seminar. Ternyata dosen mata kuliah ini belum masuk. Jayco segera celingukan, dan mendapati sahabatnya tengah mengenakan headset sambil mengangguk-angguk mengikuti irama music. Tidak membuang banyak waktu, Jayco segera menceritakan hal yang di sampaikan Shinta padanya. Mendengar Jayco mengajaknya kerumah Shinta nanti sore, Joy segera memendelikkan mata. “Hhh.. mending gue marathon keliling kampus.”Ucapnya asal. “Ayolah Joy. Sekali ini aja,”rengek Jayco. “Males gue. Yang kemaren cukup yang pertama and terakhir dalam hidup gue nyambangin sarang nenek sihir mata duitan itu. Loe mau gue di sebutnya apalagi? Gembel udah, menjijikkan udah, cewek paling jorok sejagad raya udah, cewek apalagi? cewek jadi-jadian?!”Kata Joy dengan nada tinggi. Mendengar kata cewek jadi-jadian, Jayco pun tertawa kecil. “Tuh, loe aja ketawa. Emang dasar loe kesayangannya nenek sihir mata duitan.”Katanya jutek. Jayco pun tertawa, lalu ia menghambur rambut Joy. Rambutnya yang panrok itu, terlihat keren kalau sedikit berhamburan. “Hehe.. sensitip banget loe. Kayak banci tau. Semuanya kan nggak bener, ngapain loe mesti sewot?!”Tanya Jayco. Joy pun menatapnya kesal. Lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Jayco. “Justru karna semuanya bener tau. Geblek !”Katanya tajam lalu tertawa kecil jayco pun tertawa.