Wednesday, February 22, 2012

My Heart


 Ketty melangkah menuju kelas A. sepanjang jalan ia melihat orang-orang tengah menahan tangis. Bahkan ada beberapa yang menangis sambil berpelukan. Ada apa ini? Pikirnya penasaran. Ia pun mempercepat langkah menuju kelasnya. Dari luar terdengar suara gaduh didalamnya, perlahan dibukanya pintu ruang kelas itu. Benar saja, teman-temannya pun tengah berkumpul membentuk satu kelompok di tengah. Ia berjalan menyeruak di antara mereka. “Hei, ada apa ini?” tanyanya celingukan. Jangan-jangan kepala Rektorat meninggal? Aah, mereka nggak mungkin menangis sesedih ini. “Kamu bener-bener nggak tau?”Tanya Salma. Ketty menggeleng pelan. Penasaran. “Kak Mega pergi ke Amerika.”Jawab Salma. Mendengar kalimat itu, teman-teman sekelasnya menaikkan volume suara tangis mereka. Ketty menggeleng pelan lalu ia berlari keluar kelas. Ia tidak menoleh kesana kemari.ia terus berlari menuju kea ruang Auiditorium di lantai 3. Tempat ia bisa melepaskan segala keluh kesah. Sesampainya di atas, Ketty berdiri di sisi balkon sambil mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Lalu ia menatap lepas ke sekeliling kampus yang tampak begitu indah dari atas sini. Disinilah ia biasa melepas lelah, menghilangkan rasa jenuh, lelah yang tiada terkira. Serta menyampaikan seluruh unek-uneknya. Sejak 2 tahun yang lalu hingga kini, tidak ada seorangpun yang tau mengenai kebiasaannnya ini. “Kak Mei nggak mungkin pergi ! nggak!”Katanya sambil menggeleng keras. Airmatanya mulai menetes. Bagaimana mungkin pelatih teater yang hebat itu akan meninggalkan mereka, sementara dialah tempat satu-satunya Ketty mencurahkan seluruh keluh kesah. Satu-satunya di dunia ini yang dia punya setelah ayah. Ketty mulai tertunduk sedih. Airmata nya mengalir begitu mudahnya. “Siapa yang temenin aku disini Kak? SIAPA..???”Teriak Ketty emosi. Hatinya sakit sekali. Sedih yang dirasakan teman-temannya tidak sedalam sedih yang ia rasakan saat ini. “Plis, jangan tinggalin aku kak,”Desis Ketty bergetar. “Huaaa, berisik.”Ucap seseorang. Ha? Ketty celingukan. Siapa? Batinnya kaget. Ini kali pertama seseorang menegurnya. Lalu muncul seseorang dari balik tembok di sisi kanan auditorium. Cowok. Ketty menatapnya heran, sejak kapan dia disitu? Dan sedikit kesal. “Apa liat-liat?!”Kata Ketty kesal. Cowok itu menatapnya datar. Ia akan menuruni anak tangga. Namun sebelumnya ia melihat kearah Ketty. Tatapannya menjengkelkan. Ketty mendengus kesal. “Kalau mau teriak, di hutan.”Katanya datar. “Hhhh, aku lebih dulu disini. Jauh sebelum ada orang yang datang untuk tidur disini.”Sahut Ketty kesal. Cowok itu menatapnya tajam. “Aku lebih dulu datang kesini. Jauh sebelum ada orang yang menangis sambil berteriak. Hhhh, menyedihkan.”Balasnya lalu mulai menuruni anak tangga. “Hei. Kaulah yang menyedihkan! Tidak punya tempat tidur ya! Kasian!”Balas Ketty berteriak. Lalu ia membalikkan badan melhat ke halaman. “aaah, dasar cowok gila! Kurang ajar!”Teriaknya setengah mati. Lalu ia dengan susah payah mengatur napasnya.
                                                         

                                                                ***
          Ketty berjalan lunglai menuju lapangan kampus. Disana sudah berkumpul teman-temannya dan para dewan kampus. Seluruh murid ada disana. Tak pelak lagi, segerombol murid cewek mengerubungi Kak Mei. Mereka menangis sambil memeluknya bergantian. Ketty menghela nafas. Bagaimana mungkin dia tega melakukan ini pada kami? Semua orang mencintainya. Lalu gerombolan itu sedikit sedikit mulai melebar. Kak Mega berjalan kearah Ketty. Matanya memerah. Tetapi ia tetap tersenyum. Ketty membalas senyumnya. Tidak kuasa, Kak Mega memeluknya. “Aku tau ini sulit buat kita. Aku mengenalmu jauh sebelum aku mengenal isi kampus ini. Tidak ada batas ruang diantara kita. Tapi aku punya pilihan, inilah hidupku.”Kata Kak Mega lalu melepaskan pelukannya. Ketty mengangguk pelan. “Kamu harus bisa melakukan semuanya tanpa aku Ketty. Aku percaya kamu bisa jauuh dari apa yang kamu punya saat ini.”Kata Kak Mega lagi. Ketty kembali mengangguk. Merasa ada yang mengganjal, Kak Mega menoleh kebelakang, cowok yang tadi ada disana. Dibelakangnya. Bersama anak-anak pria yang lain. Ketty terus menatap kesana dengan kesal. Kak Mega tersenyum, ia tidak tau pasti apa yang terjadi diantara mereka. Yang pasti, cowok itu membuat Ketty tidak merasakan pelukan hangat Kak Mega. “Seseorang akan menggantikan posisiku di hatimu Kett,”Katanya bijak. Ha? Apa? Ketty menatapnya lurus. “Kamu harus bisa. Tanpa aku kamu bisa melakukan jauh dari apa yang kamu punya saat ini. Karna aku tidak pernah berjanji untuk terus berdiam disini.”Kata Kak Mega mengulang. Ketty mengangguk lalu tersenyum. “Ya. Aku mengerti.”Ucapnya pelan. Kak Mega tersenyum lega. Jawaban itulah yang diharapkannya dari Ketty. “Aku percaya padamu Ket. Jangan kecewakan aku.”Katanya lagi. “Aku akan serius berlatih Kak.”Jawab Ketty kemudian. Kak Mega tersenyum padanya, senyum itu akan menjadi senyum terakhir untuknya. “By the way, kamu serius bisa menahan tangis kamu buat aku?”Tanya Kak Mega selidik. Karena cuma Ketty yang berada dilapangan tanpa mata yang sembab. Ketty tersenyum, bagaimana mungkin aku bisa menangis. Sementara cowok itu terus melihat kesini dengan senyum liciknya itu. Huh, sialan! Apa maksudnya. “Baiklah Kett, aku cukup lega karena bisa meninggalkanmu tanpa harus ada airmata yang begitu derasnya. Kamu lebih kuat dari yang kukira. Aku akan merindukanmu.”Kata Kak Mega sembari menepuk bahu Ketty. Lalu ia berjalan meninggalkan Ketty. “Kak Mei,”Teriak Ketty. Mendengar suara itu, Kak Mega segera menoleh. “Aku akan menunggumu kembali. Take care!”Teriak Ketty sambil melambaikan tangan. Kak Mega tersenyum haru menatapnya, ia mengangguk lalu menuju parkir dan segera meninggalkan kampus art itu. Semakin lama ia berada disana, akan semakin menambah luka dihatinya, dan memberatkan langkahnya. Ketty tersenyum lega, rasanya dadanya begitu sesak. “Setidaknya dia tidak melihatmu menangis sambil berteriak.”Kata seseorang. Ketty mengenal suara itu, ia menoleh, benar saja. Cowok itu tengah menatap jutek kearahnya. Ketty tidak menyahut, ia membuang muka. Hsssss.. siapa yang minta komentarmu?! Pekiknya dalam hati. “Kamu ngapain disini? Ke kantin yuk!”Fani muncul dihadapannya. “apa?”Tanya Ketty datar. Lalu ia menoleh, syukurlah orang itu sudah pergi. Manusia jenis apa sih dia? Menyebalkan. “Kamu lagi nunggu seseorang?”Tanya Fani curiga. Ketty segera menggeleng. “Yuk!”Balas Ketty menarik tangannya.

                                                              ***
          “Aku nggak ngerti kenapa Kak Mei begitu tega ninggalin kita? Semua orang menyukainya. Semua orang sayang padanya.”Kata Ketty sedih. Ia mengetuk-ngetuk meja kaca sambil menunggu ice cream cappuccino pesanannya datang. “Kamu belum tau ya?”Tanya Fani seolah-olah ia menyimpan sesuatu. “Apa?”Tanya Ketty. “Kak Mei kan mendapat tawaran menulis skenario untuk film Hollywood di Amerika.”Jawab Fani. “Hah? Hebat banget Kak Mei. Aku bahkan nggak kefikiran kalau dia juga menulis skenario untuk film Hollywood. Sampai ke Amerika pula. Salut.”Kata Ketty lalu mulai menjilat ice cream cappucinonya yang baru saja datang. Fani pun segera menyeruput ice cream vanilanya. “Aah,”Ucap Ketty lega. Seperti biasa, begitu ice cream itu menyentuh lidahnya, mulutnya akan terbuka lebar. Aah, mantaap. “Aku sebel banget sama cowok itu.”Kata Ketty terlepas. “Cowok itu? Siapa?”Tanya Fani bingung. “Adalah pokoknya cowok yang sok tau. Sok hebat. Aku baru aja terharu sama Kak Mega, eeh tapi dia nongol tiba-tiba. Huh, sialan tuh orang”Umpat Ketty. “Hah? Masa? Hih, emangnya dia nggak terharu ya sama kepergian Kak Mega. Sok hebat banget sih dia. Siapa namanya?!”Kata Fani nggak kalah jengkel. “Ya Tuhan. Kerennya.”Kata Fani tiba-tiba. Sontak ia meletakkan ice creamnya kembali di dalam cangkir. “Apa?”Tanya Ketty tidak mengerti. “Dia keren banget Kett,”Ulang Fani. Ketty melihat kearah pintu. Rombongan cowok dari kelas musik baru tiba. Mereka berempat. Hhhh, mereka fikir mereka F4 apa?! “Apanya?”Tanya Ketty datar. “Mereka semua itu keren Kett,”Kata Fani antusias. “Terlebih yang memakai kaos putih di double kemeja  biru muda itu. Ya Tuhan, dia anak baru kali ya? Aku baru lihat cowok sekeren dia.”Kata Fani berlebihan. Ketty mengenali wajahnya. Dia itu cowok yang ngeselin itu kali. “Balik yuk! Aku mau pipis nih!”Kata Ketty bangkit dari duduknya. “Eeh cepet banget.”Kata Fani gelabakan. Tapi Ketty sudah meletakkan ice creamnya di dalam cangkir. Meletakkan 2 lembar uang sepuluh ribu lalu berjalan kearah pintu. Fani pun memburunya dari belakang. “Mau kemana Kett,”Tanya Derry. Ia melambaikan tangan pada Fani. Sudah sekian tahun cowok imut ini menyukainya. Tapi sayang, Fani tidak sedikitpun mengabutnya. “Siapa?”Tanya cowok anak kelas musik itu. Namanya Jason. Dia baru tiba dari luar kota. Dia pindahan dari sekolah musik ternama. Gayanya memang sedikit cuek. Hm, bukan.. tapi memang cuek. “Ketty sama Fani. Anak kelas teater. Yang dibelakang itu tadi Fani Bro. anaknya cantik kan? Cantik banget.”Jawab Derry. Jason tidak menyahut. Fian dan Dimaz tertawa kecil.
                            
                                                          ***
          “Siapa cowok menyebalkan itu Kett?”Tanya Fani penasaran. “Lupakan. Aku akan ke toilet. Tunggu aku di kelas ya,”Kata Ketty dengan langkah tergesa-gesa. Fani mengangguk cepat lalu berbelok menuju kelas. Sedangkan Ketty bejalan tergesa sambil terus ngedumel. “Hhh.. aku nggak habis pikir Fani ngefans sama dia.”Katanya kesal. Wajahnya memerah. “Hisss.. nggak mungkin. Fani harus tau kalo dia itu cowok nyebelin dan sok hebat yang aku maksud. Hhh…”Kata Ketty geram. Langkahnya semakin cepat. Lalu ia terhenti di ambang pintu. Ia mendongak keatas. “Men” tertulis diatas sana. “Oh, Tidak!”Pekik Ketty. Harusnya ia berbelok di depan sana. Ia pun berbalik arah dan BRUK… “Aduuh,”Rintih Ketty. Ia menabrak seseorang. “Oh, maaf.. maaf,”Ucapnya sambil menunduk. “Kepala kamu terbuat dari apa sih? Begitu keras, membuat perutku sakit sekali.”Rintih seorang pria dihadapannya. Ia memegangi perutnya sambil mendesis. Ketty menatapnya kesal. “Hhh, harusnya perut anda lebih kuat dari kepala saya.”Katanya jutek. Pria itu tertawa kecil. Hhh, Ketty heran menatapnya. “Kan kamu yang salah masuk toilet. Kok malah marah balik?”Katanya heran.  Ketty mendengus . “Ya anda harus hati-hati,bisa jadi bukan cuma saya yang salah masuk toilet. Permisi.”Jawab Ketty berjalan melewatinya sambil tertunduk. Pria tersebut tertawa kecil, mulutnya yang mungil itu membuat giginya tersembunyi rapi meskipun ia tengah tertawa. “Anda? Dia pikir dia siapa?”Katanya sambil menggeleng-geleng heran.
Ketty berjalan tergesa-gesa menuju kelas A. ia menggigit bibir bawahnya sambil mengelus-ngelus dada. “Sial banget sih, ketemu cowok aneh dalan waktu sehari sekaligus.”Katanya tidak percaya. Lalu ia membuka pintu kelas yang memang selalu tertutup rapat, karena AC didalamnya. Ketty menuju meja paling belakang, kelas mereka yang rapat dan nyaman ini, hanya tersedia meja tanpa kursi. Didesain sedemikian rupa supaya mereka betah di dalamnya, mereka duduk dengan lesehan. Ruangannya di penuhi dengan ambal yang tebal dan hangat. Mengharuskan mereka membuka sepatu dan meletakkannya di rak sudut ruangan. Ketty duduk tepat di samping Fani. Disandarkannya tubuhnya di tembok. Udara sejuk ini melegakan perasaannya yang kemelut. Huft, Ketty menghembuskan nafas. “Kett, kita kedatangan dosen baru.”Bisik Fani sambil mengunyah permen kopiko. Ha? Secepat itu? “Tadi wakil rektor kesini. Dia minta maaf atas kepergiannya Kak Mega yang terbilang dadakan gitu.”Lanjut Fani. “Oh,”Kata Ketty manggut-manggut. lalu terdengar pintu kelas terketuk, dan seseorang muncul dibalik pintu. “Selamat Siang,”Sapanya ramah. “Siaaang,”Jawab Anak-anak serempak. Dia pasti dosen baru itu. “Wah, cakep juga ya,”Bisik Fani. Ketty mengangguk sambil menelan ludah pahitnya. Ia berdiri didepan kelas sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku. “Ok, trima kasih sebelumnya. Saya fikir kalian sudah tau bahwa saya adalah dosen baru kalian yang akan menggantikan Miss. Mega. Well, nama saya Adly. Saya mutasi dari universitas seni ternama di luar sana, sebuah kota yang jauh dari sini. Saya kira informasinya cukup. Ada yang mau di tanyakan?”Katanya sambil melihat kesekeliling kelas. Salma mengacungkan jarinya. Sang dosenpun tersenyum menatapnya sambil mengangguk. Mempersilahkan Salma bertanya. “Boleh tau tanggal lahir anda?”Tanyannya terang. Teman-temanpun tertawa kecil. Sang dosen tersenyum ramah. Gayanya yang casual, Nampak sekali melekat pada dirinya. Ia mengenakan kaos polos berwarna putih dengan di double Jas berwarna coklat tua. “Tanggal lahir? Hmm, 17 November 1982. Yups, umur saya mencapai angka 30 tahun.”Jawabnya. salma tertawa kecil, “Wow! Bagaimana mungkin anda nampak berumur 22 tahun. Bolehkah kami memanggil anda Bang Adly?”Katanya ceplos. Pak Adly pun tertawa kecil sambil berdehem. “It’s ok. Adalagi?”Tanyannya sambil menerawang kelas. Fani mengangkat tangannya. Membuat Ketty begitu tersentak hebat. Ia pun tertunduk menyembunyikan wajahnya. “Bang Adly udah punya istri?”Tanyannya tidak kalah ceplos. Ketty menggigit bibirnya karena malu. Sang dosen pun tersenyum. “Apa itu perlu dijawab? Seberapa pentingnya buat kalian?”Tanyannya melihat kesekeliling kelas. “Itu penting Bang. Ketika anda belum beristri, kami akan semangat menerima ilmu dari anda.”Jawab Fani lagi. Oh My God. Ketty menggeleng lemah. Bang Adly pun tertawa kecil. “Belum.”Jawabnya singkat. Diluar dugaan, anak-anak menyorakinnya sambil bertepuk tangan hebat. Bang Adly pun menepuk tangannya 2 kali dengan kencang. “Well. Perkenalan kita cukup. Saya ingin mengenal kalian satu persatu. Tapi tidak dengan absen. Saya ingin kalian berakting menangis sesedih mungkin. Oke!” Kata Bang Adly kemudian. Anak-anak menjawabnya dengan penuh antusias. “Okeee Bang!”Jawab mereka kompak. Tidak begitu dengan Ketty. Ia masih enggan mengangkat kepalanya. Bang Adly nggak mungkin lupa dengannya. “Hei kamu!”Katanya kemudian. “Kesini sebentar!”Katanya lagi. Fani menyikutnya. “Kamu di panggil kedepan tuh.”Kata Fani. Ketty mendongak. “Hah?”Katanya kaget. Lalu ia melihat kedepan. Bang Adly tengah menatapnya lurus. Dengan berat Ketty pun bangun dari duduknya. Ia berjalan kedepan. Lalu ia berdiri di hadapan Bang Adly. “Apa wajah saya begitu menyeramkan buat kamu?”Katanya selidik. Ketty terkekeh, lalu ia mengangkat kepalnya, dan menatap cowok yang tadi di tabraknya di depan toilet. “Berikan satu alasan, kenapa tadi kamu kabur?”  Tanya Bang Adly menatap Ketty serius. Membuat cewek itu sedikit gugup. “Hmm, aku fikir anak nakal ini tidak peka.”celetuk Bang Adly. Ketty menggigit bibir bawahnya. “Ayo, katakan.”Katanya lagi. “Hm, aku tidak bermaksud  kabur kok. Hanya saja buru-buru ke kelas. Terlebih, aku malu pada anda.”Jawab Ketty membalas tatapan Bang Adly. Cowok dewasa itu terlihat begitu tenang dan sabar. Tatapannya membuat Ketty merasa terpojok, seperti sedang dimarahi ayahnya. “Maafkan aku.”Kata Ketty sambil menundukkan kepalanya. Bang Adly menghela nafas. Lalu ia tersenyum tipis. “Bagaimana mungkin, anda membuat saya begitu terpojok?”Tanya Ketty ketus. “apa?”Bang Adly menatapnya heran. Ketty merengut. “Hei, anak nakal. Bagaimana mungkin kamu berbicara seperti itu dengan saya?”Tanya Bang Adly. Ketty memonyongkan sedikit mulutnya. “Hsss.. anda membuat saya begitu terpojok. Padahal kan saya tidak sengaja menabrak.”Gerutu Ketty. Mendengar kepolosan Ketty, Bang Adly tidak kuasa menahan tawanya. Ia mendekati Ketty. Lalu memegang kepalanya. Ketty pun mendongak menatapnya lugu. Bang Adly tersenyum. “Aku tidak bermaksud membuatmu merasa begitu. Ya sudah, pergilah duduk. Aku akan mengabsenmu nanti.”Katanya bijak. Ketty tersenyum. Lalu menganggukkan kepalanya. Bang Adly melihatnya hingga anak itu kembali duduk di samping Fani. Ia menggeleng pelan. “Masih saja dia memanggilku seperti itu. Padahalkan kami tidak seumuran. Hhh, dasar anak nakal.”Katanya masih terus tersenyum geli. Bang Adly pun mulai berjalan mengelilingi kelas barunya. Mulai mempelajari muridnya satu persatu. Mereka tidak begitu buruk. Meskipun sedikit nakal, tapi mereka anak-anak yang rajin. Bang Adly kembali tersenyum.  “Kett, aku akan pergi ke toilet sebentar. Menahan pipis, buat aku benar-benar ingin menangis hebat.”Bisik Fani meringis. Ketty tertawa, lalu ia mengangguk. Huft, dia sendiri tidak mengerti harus memulai dari mana untuk berlatih akting menangis seperti perintah Bang Adly tadi. Sambil berusaha memikirkan kepergian Kak Mega yang sangat menyedihkan tadi, ia berusaha mengontrol emosinya, agar tangisnya tidak meledak-ledak seperti di ruang Auditorium. “Hsss.. aku benar-benar tidak bisa menangis. Gara-gara cowok sialan itu! Huh!”Umpat Ketty kesal. “Siapa cowok sialan itu?”Kata Bang Adly sambil berkacak pinggang. “Hah?”Ketty melongo hebat. Bang Adly menunduk didekatnya. “Siapa cowok sialan itu?”Tanyanya lagi. Ketty menggaruk-garuk kepalanya sambil meringis. Hehehhe, membuat rambut panroknya yang gelombang sedikit berhambur. “Hmm, bukan anda kok. “Jawabnya sambil menggigit bibir bawahnya. Bang Adly mengernyitkan dahi. “Ya, bukan anda. Swer!”Katanya meyakinkan sambil memperlihatkan jemarinya yang membentuk angka 2. Bang Adly manggut-manggut. “Lalu, kenapa kamu Nampak begitu kesulitan untuk akting menangis? Hm, bukankah Miss. Mega baru saja pergi?”Tanya Bang Adly, lalu ia menghela nafas. “Kabar yang saya dengar, kalian begitu dekat. Apa kamu tidak merasa kehilangan?”Sambungnya. ketty ikut menghela nafas. “Maafkan aku. Tapi aku benar-benar sedang kesal dengan seseorang. Sungguh, aku tidak bisa menangis lagi.”Kata Ketty menyesal. Bang Adly tertawa kecil. Lalu di letakkannya telapak tangannya di atas kepala Ketty. Persis seperti yang dilakukannya di depan kelas tadi. “Aku tidak tau pasti siapa orang yang bisa membuatmu begitu kesal. Tapi yang pasti, aku harus menguji bakat aktingmu. Well, kamu boleh akting marah sesuka hatimu. Oke,”Katanya bijak diakhiri senyum. Ketty mengangguk sambil tersenyum lega. “Hm, anak nakal ini.”Batin Bang Adly sambil menjauh dari Ketty. Sedang Ketty tengah tersenyum lega menatap ke Bang Adly, hingga cowok dewasa itu kembali ke mejanya dan duduk di sana. Dia sungguh bijak dan dewasa. Kata Ketty dalam hati “Ketty, Kamu nggak lagi ngeliatin Bang Adly kan?”Panggil Fani tiba-tiba muncul dihadapan Ketty. Hah? Ketty buru-buru membetulkan posisi duduknya, lalu menoleh ke Fani. “Nggak.”Jawabnya singkat. “Tapi doi memang kereen. Tuh, coba liat.”Bisik Fani sambil cengengesan. Ketty mengikuti Fani. Mereka memperhatikan Bang Adly yang tengah duduk di atas mejanya sambil bersiul kecil, hampir tidak terdengar. Gayanya yang cute tapi dewasa itu, membuat murid-murid kelas teater A senang melihatnya. “Bahkan doi tidak keliatan berumur 30 tahun kan?”Bisik Fani tanpa menoleh. “Bagian mananya yang keren? Diakan bukan cowok 20 tahun, harusnya tidak mesti bersiul-siul seperti itu. Lagipula, duduk di meja kan bukan hal yang baik Fani Aguiela?”Bisik Ketty dengan nada tinggi. Fani meliriknya dengan tawa kecil. “Hm, Ketty Quiin, tidak masalah tuh. Hehehe,”Balasnya cengengesan. Ketty mendengus.  “Bagaimana mungkin aku bisa menangis. Suasana hatiku begitu baik hari ini.”Ucap Fani pelan sambil tersenyum tanpa maksud yang jelas. Ketty menatapnya. Dongkol. Huft, ia menundukkan kepalanya di atas meja. “Pulang nanti makan ice cream yuk. Aku merasa bete hari ini.”katanya menoleh ke Fani. Cewek itu mengangguk cepat. “Tapi kenapa dengan hari ini, Ketty? Apa kamu merasakan duka begitu mendalam karena kepergian Kak Mei?”Tanya Fani terharu. Ketty mengangguk cepat. “Baiklah, aku yang akan mentraktirmu ice cream hari ini. Jangan sedih ya,”Bisik Fani sambil menepuk bahu Ketty pelan. Ketty mengangguk sambil tersenyum. “Baiklah anak-anak. Waktunya tiba. Saya akan mengabsen kalian secara random.”Kata Bang Adly dengan suara lantang. Ketty celingukan, dia melihat seluruh teman-temannya siap dengan peran sedih mereka. Lalu Ketty mulai merasa khawatir.