Monday, November 7, 2011

Bias Masa Lalu


           Mungkin kalian akan iri jika melihat kehidupan Marsha. Meski tanpa sosok Ayah, Marsha tampak selalu bahagia menjalani hari-harinya. Bukan saja karena ia anak tunggal sehingga seluruh kasih sayang sang Ibu tercurahkan untuknya seorang, tetapi juga karena ia dianugerahkan bunda yang sangat dicintainya,yaang mampu menggantikan sosok Ayah. Ya… sudah 16 tahun lamanya Marsha hidup bersama bundanya, disebuah rumah sederhana yang ditinggalkan Ayah untuk mereka. Meskipun rumah Marsha tidak semegah rumah pak Andi orang terkaya ditempat tinggalnya, tetapi cukup menyenangkan karena halamannya dipenuhi dengan berbagai jenis bunga yang beranekaragam warnanya. Hal tersebut sudah berulang kali diungkapkan oleh Risky, sahabat sekaligus teman sebangku Marsha.
“Kadang, aku tuh iri loh Sha sama kamu,” tutur Risky. Marsha mengernyitkan dahi.
“Meski tanpa Ayah,kamu tetap selalu bahagia. Aku aja nih yaa, yang punya ibu-bapak, nggak sebahagia kamu tuh.”tambahnya.
“Hidup itu seperti roda yang terus berputar Ris,kadang diatas,dan terkadang dibawah. Memang saat ini aku yang bahagia, tapi suatu saat nanti kamu juga merasakannya.” Ujar Marsha bijak. Risky pun mengangguk mengerti.
          Ternyata benar apa yang dikatakan Marsha, tidak selamanya Dewi Fortuna berpihak padanya. Sambil terus membayangkan sosok Bunda, ia teringat akan peristiwa itu…
 ***
          “Sha, ntar sore jadikan kerumah Andrey?”tanya Risky yang berencana akan mengajak Marsha mengerjakan tugas di rumah Andrey. Anak laki-laki yang setahun lebih tua dari usia mereka, bahkan memiliki kecerdasan yang levelnya setingkat lebih tinggi diatas Marsha dan Risky. Tidak heran kalau mereka selalu butuh bantuan Andrey untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah yang memutar otak.
“Kamu aja deh, aku nggak bisa.”Jaawab Marsha dengan raut wajah kecewa.
“Kok gitu sih? Kan kita udah sepakat mau kesana bareng.”Ujar Risky nggak kalah kecewa.
“Sorry Ris, tiba-tiba Bunda melarang aku dekat dengan Andrey.Kata Bunda sih nggak baik.”
“Kok gitu? Padahal kan hanya berteman? I think no problem.”
“Aku juga sudah bilang begitu Ris. Tapi Bunda nggak mau mengerti, Bunda bilang Andrey nggak baik buat kita. Bunda juga bilang kalau cowok kayak Andrey tuh penuh ego.”Ujar Marsha mengulang kata-kata Bundanya semalam yang masih terngiang ditelinganya. Risky diam sejenak. Sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu.
“Rasa-rasanya ada yang aneh deh sama Bundamu Sha. Kok tiba-tiba nggelarang kedekatan kamu sama Andrey? Padahal kan kamu sudah lama berteman  sama Andrey.”
 “Bunda takut Andrey jatuh cinta sama aku.” Jawab Marsha pelan. Diluar dugaan,Risky malah terkekeh. Marsha pun menatapnya kesal.  “Kok ketawa sih? Kayaknya nggak ada yang lucu deh.”Ujar Marsha ketus.
“Lucu aja. Aku fikir kenapa? Eh,,, taunya Bundamu takut mantu anak konglomerat yaa.. belum siap mendadak kaya. Hehehe…” ledek Risky usil. Marsha menatapnya kesal.

No comments:

Post a Comment