Thursday, April 5, 2012

                                                             Baca dulu Bah

Sebenarnya, aku bukan penulis. aku juga bukan penyair (Jiaaah, ngeri banget bahasa gw) hehe.. 
Serius loh, aku bukan penulis hebat, aku cuma, hanya, sekedar suka menulis. baik fiktif maupun fakta..
          Well, all of you guys, if you have any idea, or you have the real story, you can write down here.. join in my Blog.. you will get new Information.. :-)
          " See U"

Wednesday, April 4, 2012


                       Dear Diary
Derby, 14 Juni 2011
Hari ini adalah hari pertama gue sebagai siswa kelas 2 SMU Scarlet Bandung. Karena orientasi siswa baru diadakan pada pagi hari ini, makanya gue masuk siang. Saat itulah gue ngeliat dia. Rambut spiralnya sebahu, membuat dia makin manis. Dia begitu semangat membela teman-teman seangkatannya yang lagi ditindas temen-temen gue di Osis. Hmm, gue salut sama dia. Very good for you!
          13 Juli 2011
          Hari ini gue ngeliat dia lagi. Beberapa hari ini gue ketemu dia terus. Setelah sekian lama tidak melihatnya. Kali ini dia sedikit berbeda. Rambutnya yang pirang (entah asli atau nggak), dibiarkannya terurai. Dia tampak ceria. Teman-temannya lagi mendengarkan ceritanya sambil tertawa. Dia juga tertawa. Sebuah tawa yang sempurna.
          29 Juli 2011
          Kali  gue nggak mikirin dia. Karena libur puasa yang gue manfaatkan untuk mengunjungi kakak gue yang lagi sibuk-sibuknya seminar Skripsi di Universitas Pakuan Bogor. Namun, kini gue melihat dia lagi. Bahkan mendengar namanya disebut sebagai siswi berprestasi. Dia dipanggil ke podium waktu upacara bendera karena telah memenangkan kejuaraan se-Jawa Barat. Next…
          10 Agustus 2011
          Gue bener-bener nggak nyangka, salah satu seorang temen gue masuk kelas sambil berteriak, “Woi...! Sera masuk masalah!” kontan jantung gue langsung berdetak sedikit lebih kencang dari biasanya. So... temen-temen langsung mengerubungi majalah remaja Aneka Yess! Yang dibawa-bawa oleh Ratu. Gue jadi bingung, kok bisa masuk majalah? Gue jadi nggak sabar ingin ikut membaca majalah itu. tapi gue nggak mau anak-anak ngeledek gu dan bilang, cowok kok baca majalah???
Huh! Tengsin gue. Untungnya,ketiga temen gue membeli majalah yang sama. Kebetulan temen sebangku gue juga penasaran. So... gue pinjem deh, sehingga gue bisa ikut membaca artikel itu. ertulis “Sera So Yu Jeung : Pelajar Berprestasi dari Bandung”. Wajar! Gue sudah menduga sebelumnya.
          26 Agustus 2011
          After that, gue ngeliat dia sedang bergabung dikelasnya. Teman-temannya masih memegang majalah yang memuat tentang dia. Sambil bercanda bersama. Ingin rasanya gue mendatanginya dan memberinya ucapan selamat. Tapi, gue rasa dia sama sekali nggak merhatiin gue deh.
          15 September 2011
          Hari ini ortu gue pergi ke Bogor. Katanya sih mau menghadiri wisudanya kakak gue. Sementara Geby dan Arif, kedua adik gue menginap di rumah Omah. Gue jadi malas back to home. Pulang sekkolah, gue mampir kerumah Dimaz, sobat gue. Disanalah gue ketemu sama Kenny, sang ketua Osis yang menyarankan supaya gue mengikuti cara peneropongan bintang sekolah. Tadinya sih gue malas, setelah gue pikir-pikir dari pada gue memasak makan malam dirumah, lebih baik gue ikut acara ini karena pesertanya akan diberi konsumsi.
          26 September 2011
          Gue ketemu Sera lagi. Beruntung gue ikut acara peneropongan bintang ini. Gue kaget banget ketika gue sadari bahwa Sera bergabung dalam klub Astronomi yang menyelenggarakan acara ini. Ketika gue lirik jam tangan, pukul 00.27, sudah pagi. Disekeliling gue banyak yang sudah terlelap karena tampaknya mala mini langit sedang mendung sehingga peneropongan bintang tidak bisa dilakukan sekarang. Gue sedang mencari sosok Sera, kayaknya dia ada diluar. Gue pun membangunkan Dimas yang ketiduran disebelah gue dan mengajaknya keluar. Disanalah gue menemukan Sera, duduk sendiri sambil memangku gitar. Nada-nada klasik terlantun dari gitarnya. Gue sama Dimas mencari posisi duduk didekat Sera sembari mendengarkan dia memainkan gitar. Sayangnya, Dimas mengajak gue masukbeberapa asaat karena dia kedinginan. 


 

Wednesday, February 22, 2012

My Heart


 Ketty melangkah menuju kelas A. sepanjang jalan ia melihat orang-orang tengah menahan tangis. Bahkan ada beberapa yang menangis sambil berpelukan. Ada apa ini? Pikirnya penasaran. Ia pun mempercepat langkah menuju kelasnya. Dari luar terdengar suara gaduh didalamnya, perlahan dibukanya pintu ruang kelas itu. Benar saja, teman-temannya pun tengah berkumpul membentuk satu kelompok di tengah. Ia berjalan menyeruak di antara mereka. “Hei, ada apa ini?” tanyanya celingukan. Jangan-jangan kepala Rektorat meninggal? Aah, mereka nggak mungkin menangis sesedih ini. “Kamu bener-bener nggak tau?”Tanya Salma. Ketty menggeleng pelan. Penasaran. “Kak Mega pergi ke Amerika.”Jawab Salma. Mendengar kalimat itu, teman-teman sekelasnya menaikkan volume suara tangis mereka. Ketty menggeleng pelan lalu ia berlari keluar kelas. Ia tidak menoleh kesana kemari.ia terus berlari menuju kea ruang Auiditorium di lantai 3. Tempat ia bisa melepaskan segala keluh kesah. Sesampainya di atas, Ketty berdiri di sisi balkon sambil mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Lalu ia menatap lepas ke sekeliling kampus yang tampak begitu indah dari atas sini. Disinilah ia biasa melepas lelah, menghilangkan rasa jenuh, lelah yang tiada terkira. Serta menyampaikan seluruh unek-uneknya. Sejak 2 tahun yang lalu hingga kini, tidak ada seorangpun yang tau mengenai kebiasaannnya ini. “Kak Mei nggak mungkin pergi ! nggak!”Katanya sambil menggeleng keras. Airmatanya mulai menetes. Bagaimana mungkin pelatih teater yang hebat itu akan meninggalkan mereka, sementara dialah tempat satu-satunya Ketty mencurahkan seluruh keluh kesah. Satu-satunya di dunia ini yang dia punya setelah ayah. Ketty mulai tertunduk sedih. Airmata nya mengalir begitu mudahnya. “Siapa yang temenin aku disini Kak? SIAPA..???”Teriak Ketty emosi. Hatinya sakit sekali. Sedih yang dirasakan teman-temannya tidak sedalam sedih yang ia rasakan saat ini. “Plis, jangan tinggalin aku kak,”Desis Ketty bergetar. “Huaaa, berisik.”Ucap seseorang. Ha? Ketty celingukan. Siapa? Batinnya kaget. Ini kali pertama seseorang menegurnya. Lalu muncul seseorang dari balik tembok di sisi kanan auditorium. Cowok. Ketty menatapnya heran, sejak kapan dia disitu? Dan sedikit kesal. “Apa liat-liat?!”Kata Ketty kesal. Cowok itu menatapnya datar. Ia akan menuruni anak tangga. Namun sebelumnya ia melihat kearah Ketty. Tatapannya menjengkelkan. Ketty mendengus kesal. “Kalau mau teriak, di hutan.”Katanya datar. “Hhhh, aku lebih dulu disini. Jauh sebelum ada orang yang datang untuk tidur disini.”Sahut Ketty kesal. Cowok itu menatapnya tajam. “Aku lebih dulu datang kesini. Jauh sebelum ada orang yang menangis sambil berteriak. Hhhh, menyedihkan.”Balasnya lalu mulai menuruni anak tangga. “Hei. Kaulah yang menyedihkan! Tidak punya tempat tidur ya! Kasian!”Balas Ketty berteriak. Lalu ia membalikkan badan melhat ke halaman. “aaah, dasar cowok gila! Kurang ajar!”Teriaknya setengah mati. Lalu ia dengan susah payah mengatur napasnya.
                                                         

                                                                ***
          Ketty berjalan lunglai menuju lapangan kampus. Disana sudah berkumpul teman-temannya dan para dewan kampus. Seluruh murid ada disana. Tak pelak lagi, segerombol murid cewek mengerubungi Kak Mei. Mereka menangis sambil memeluknya bergantian. Ketty menghela nafas. Bagaimana mungkin dia tega melakukan ini pada kami? Semua orang mencintainya. Lalu gerombolan itu sedikit sedikit mulai melebar. Kak Mega berjalan kearah Ketty. Matanya memerah. Tetapi ia tetap tersenyum. Ketty membalas senyumnya. Tidak kuasa, Kak Mega memeluknya. “Aku tau ini sulit buat kita. Aku mengenalmu jauh sebelum aku mengenal isi kampus ini. Tidak ada batas ruang diantara kita. Tapi aku punya pilihan, inilah hidupku.”Kata Kak Mega lalu melepaskan pelukannya. Ketty mengangguk pelan. “Kamu harus bisa melakukan semuanya tanpa aku Ketty. Aku percaya kamu bisa jauuh dari apa yang kamu punya saat ini.”Kata Kak Mega lagi. Ketty kembali mengangguk. Merasa ada yang mengganjal, Kak Mega menoleh kebelakang, cowok yang tadi ada disana. Dibelakangnya. Bersama anak-anak pria yang lain. Ketty terus menatap kesana dengan kesal. Kak Mega tersenyum, ia tidak tau pasti apa yang terjadi diantara mereka. Yang pasti, cowok itu membuat Ketty tidak merasakan pelukan hangat Kak Mega. “Seseorang akan menggantikan posisiku di hatimu Kett,”Katanya bijak. Ha? Apa? Ketty menatapnya lurus. “Kamu harus bisa. Tanpa aku kamu bisa melakukan jauh dari apa yang kamu punya saat ini. Karna aku tidak pernah berjanji untuk terus berdiam disini.”Kata Kak Mega mengulang. Ketty mengangguk lalu tersenyum. “Ya. Aku mengerti.”Ucapnya pelan. Kak Mega tersenyum lega. Jawaban itulah yang diharapkannya dari Ketty. “Aku percaya padamu Ket. Jangan kecewakan aku.”Katanya lagi. “Aku akan serius berlatih Kak.”Jawab Ketty kemudian. Kak Mega tersenyum padanya, senyum itu akan menjadi senyum terakhir untuknya. “By the way, kamu serius bisa menahan tangis kamu buat aku?”Tanya Kak Mega selidik. Karena cuma Ketty yang berada dilapangan tanpa mata yang sembab. Ketty tersenyum, bagaimana mungkin aku bisa menangis. Sementara cowok itu terus melihat kesini dengan senyum liciknya itu. Huh, sialan! Apa maksudnya. “Baiklah Kett, aku cukup lega karena bisa meninggalkanmu tanpa harus ada airmata yang begitu derasnya. Kamu lebih kuat dari yang kukira. Aku akan merindukanmu.”Kata Kak Mega sembari menepuk bahu Ketty. Lalu ia berjalan meninggalkan Ketty. “Kak Mei,”Teriak Ketty. Mendengar suara itu, Kak Mega segera menoleh. “Aku akan menunggumu kembali. Take care!”Teriak Ketty sambil melambaikan tangan. Kak Mega tersenyum haru menatapnya, ia mengangguk lalu menuju parkir dan segera meninggalkan kampus art itu. Semakin lama ia berada disana, akan semakin menambah luka dihatinya, dan memberatkan langkahnya. Ketty tersenyum lega, rasanya dadanya begitu sesak. “Setidaknya dia tidak melihatmu menangis sambil berteriak.”Kata seseorang. Ketty mengenal suara itu, ia menoleh, benar saja. Cowok itu tengah menatap jutek kearahnya. Ketty tidak menyahut, ia membuang muka. Hsssss.. siapa yang minta komentarmu?! Pekiknya dalam hati. “Kamu ngapain disini? Ke kantin yuk!”Fani muncul dihadapannya. “apa?”Tanya Ketty datar. Lalu ia menoleh, syukurlah orang itu sudah pergi. Manusia jenis apa sih dia? Menyebalkan. “Kamu lagi nunggu seseorang?”Tanya Fani curiga. Ketty segera menggeleng. “Yuk!”Balas Ketty menarik tangannya.

                                                              ***
          “Aku nggak ngerti kenapa Kak Mei begitu tega ninggalin kita? Semua orang menyukainya. Semua orang sayang padanya.”Kata Ketty sedih. Ia mengetuk-ngetuk meja kaca sambil menunggu ice cream cappuccino pesanannya datang. “Kamu belum tau ya?”Tanya Fani seolah-olah ia menyimpan sesuatu. “Apa?”Tanya Ketty. “Kak Mei kan mendapat tawaran menulis skenario untuk film Hollywood di Amerika.”Jawab Fani. “Hah? Hebat banget Kak Mei. Aku bahkan nggak kefikiran kalau dia juga menulis skenario untuk film Hollywood. Sampai ke Amerika pula. Salut.”Kata Ketty lalu mulai menjilat ice cream cappucinonya yang baru saja datang. Fani pun segera menyeruput ice cream vanilanya. “Aah,”Ucap Ketty lega. Seperti biasa, begitu ice cream itu menyentuh lidahnya, mulutnya akan terbuka lebar. Aah, mantaap. “Aku sebel banget sama cowok itu.”Kata Ketty terlepas. “Cowok itu? Siapa?”Tanya Fani bingung. “Adalah pokoknya cowok yang sok tau. Sok hebat. Aku baru aja terharu sama Kak Mega, eeh tapi dia nongol tiba-tiba. Huh, sialan tuh orang”Umpat Ketty. “Hah? Masa? Hih, emangnya dia nggak terharu ya sama kepergian Kak Mega. Sok hebat banget sih dia. Siapa namanya?!”Kata Fani nggak kalah jengkel. “Ya Tuhan. Kerennya.”Kata Fani tiba-tiba. Sontak ia meletakkan ice creamnya kembali di dalam cangkir. “Apa?”Tanya Ketty tidak mengerti. “Dia keren banget Kett,”Ulang Fani. Ketty melihat kearah pintu. Rombongan cowok dari kelas musik baru tiba. Mereka berempat. Hhhh, mereka fikir mereka F4 apa?! “Apanya?”Tanya Ketty datar. “Mereka semua itu keren Kett,”Kata Fani antusias. “Terlebih yang memakai kaos putih di double kemeja  biru muda itu. Ya Tuhan, dia anak baru kali ya? Aku baru lihat cowok sekeren dia.”Kata Fani berlebihan. Ketty mengenali wajahnya. Dia itu cowok yang ngeselin itu kali. “Balik yuk! Aku mau pipis nih!”Kata Ketty bangkit dari duduknya. “Eeh cepet banget.”Kata Fani gelabakan. Tapi Ketty sudah meletakkan ice creamnya di dalam cangkir. Meletakkan 2 lembar uang sepuluh ribu lalu berjalan kearah pintu. Fani pun memburunya dari belakang. “Mau kemana Kett,”Tanya Derry. Ia melambaikan tangan pada Fani. Sudah sekian tahun cowok imut ini menyukainya. Tapi sayang, Fani tidak sedikitpun mengabutnya. “Siapa?”Tanya cowok anak kelas musik itu. Namanya Jason. Dia baru tiba dari luar kota. Dia pindahan dari sekolah musik ternama. Gayanya memang sedikit cuek. Hm, bukan.. tapi memang cuek. “Ketty sama Fani. Anak kelas teater. Yang dibelakang itu tadi Fani Bro. anaknya cantik kan? Cantik banget.”Jawab Derry. Jason tidak menyahut. Fian dan Dimaz tertawa kecil.
                            
                                                          ***
          “Siapa cowok menyebalkan itu Kett?”Tanya Fani penasaran. “Lupakan. Aku akan ke toilet. Tunggu aku di kelas ya,”Kata Ketty dengan langkah tergesa-gesa. Fani mengangguk cepat lalu berbelok menuju kelas. Sedangkan Ketty bejalan tergesa sambil terus ngedumel. “Hhh.. aku nggak habis pikir Fani ngefans sama dia.”Katanya kesal. Wajahnya memerah. “Hisss.. nggak mungkin. Fani harus tau kalo dia itu cowok nyebelin dan sok hebat yang aku maksud. Hhh…”Kata Ketty geram. Langkahnya semakin cepat. Lalu ia terhenti di ambang pintu. Ia mendongak keatas. “Men” tertulis diatas sana. “Oh, Tidak!”Pekik Ketty. Harusnya ia berbelok di depan sana. Ia pun berbalik arah dan BRUK… “Aduuh,”Rintih Ketty. Ia menabrak seseorang. “Oh, maaf.. maaf,”Ucapnya sambil menunduk. “Kepala kamu terbuat dari apa sih? Begitu keras, membuat perutku sakit sekali.”Rintih seorang pria dihadapannya. Ia memegangi perutnya sambil mendesis. Ketty menatapnya kesal. “Hhh, harusnya perut anda lebih kuat dari kepala saya.”Katanya jutek. Pria itu tertawa kecil. Hhh, Ketty heran menatapnya. “Kan kamu yang salah masuk toilet. Kok malah marah balik?”Katanya heran.  Ketty mendengus . “Ya anda harus hati-hati,bisa jadi bukan cuma saya yang salah masuk toilet. Permisi.”Jawab Ketty berjalan melewatinya sambil tertunduk. Pria tersebut tertawa kecil, mulutnya yang mungil itu membuat giginya tersembunyi rapi meskipun ia tengah tertawa. “Anda? Dia pikir dia siapa?”Katanya sambil menggeleng-geleng heran.
Ketty berjalan tergesa-gesa menuju kelas A. ia menggigit bibir bawahnya sambil mengelus-ngelus dada. “Sial banget sih, ketemu cowok aneh dalan waktu sehari sekaligus.”Katanya tidak percaya. Lalu ia membuka pintu kelas yang memang selalu tertutup rapat, karena AC didalamnya. Ketty menuju meja paling belakang, kelas mereka yang rapat dan nyaman ini, hanya tersedia meja tanpa kursi. Didesain sedemikian rupa supaya mereka betah di dalamnya, mereka duduk dengan lesehan. Ruangannya di penuhi dengan ambal yang tebal dan hangat. Mengharuskan mereka membuka sepatu dan meletakkannya di rak sudut ruangan. Ketty duduk tepat di samping Fani. Disandarkannya tubuhnya di tembok. Udara sejuk ini melegakan perasaannya yang kemelut. Huft, Ketty menghembuskan nafas. “Kett, kita kedatangan dosen baru.”Bisik Fani sambil mengunyah permen kopiko. Ha? Secepat itu? “Tadi wakil rektor kesini. Dia minta maaf atas kepergiannya Kak Mega yang terbilang dadakan gitu.”Lanjut Fani. “Oh,”Kata Ketty manggut-manggut. lalu terdengar pintu kelas terketuk, dan seseorang muncul dibalik pintu. “Selamat Siang,”Sapanya ramah. “Siaaang,”Jawab Anak-anak serempak. Dia pasti dosen baru itu. “Wah, cakep juga ya,”Bisik Fani. Ketty mengangguk sambil menelan ludah pahitnya. Ia berdiri didepan kelas sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku. “Ok, trima kasih sebelumnya. Saya fikir kalian sudah tau bahwa saya adalah dosen baru kalian yang akan menggantikan Miss. Mega. Well, nama saya Adly. Saya mutasi dari universitas seni ternama di luar sana, sebuah kota yang jauh dari sini. Saya kira informasinya cukup. Ada yang mau di tanyakan?”Katanya sambil melihat kesekeliling kelas. Salma mengacungkan jarinya. Sang dosenpun tersenyum menatapnya sambil mengangguk. Mempersilahkan Salma bertanya. “Boleh tau tanggal lahir anda?”Tanyannya terang. Teman-temanpun tertawa kecil. Sang dosen tersenyum ramah. Gayanya yang casual, Nampak sekali melekat pada dirinya. Ia mengenakan kaos polos berwarna putih dengan di double Jas berwarna coklat tua. “Tanggal lahir? Hmm, 17 November 1982. Yups, umur saya mencapai angka 30 tahun.”Jawabnya. salma tertawa kecil, “Wow! Bagaimana mungkin anda nampak berumur 22 tahun. Bolehkah kami memanggil anda Bang Adly?”Katanya ceplos. Pak Adly pun tertawa kecil sambil berdehem. “It’s ok. Adalagi?”Tanyannya sambil menerawang kelas. Fani mengangkat tangannya. Membuat Ketty begitu tersentak hebat. Ia pun tertunduk menyembunyikan wajahnya. “Bang Adly udah punya istri?”Tanyannya tidak kalah ceplos. Ketty menggigit bibirnya karena malu. Sang dosen pun tersenyum. “Apa itu perlu dijawab? Seberapa pentingnya buat kalian?”Tanyannya melihat kesekeliling kelas. “Itu penting Bang. Ketika anda belum beristri, kami akan semangat menerima ilmu dari anda.”Jawab Fani lagi. Oh My God. Ketty menggeleng lemah. Bang Adly pun tertawa kecil. “Belum.”Jawabnya singkat. Diluar dugaan, anak-anak menyorakinnya sambil bertepuk tangan hebat. Bang Adly pun menepuk tangannya 2 kali dengan kencang. “Well. Perkenalan kita cukup. Saya ingin mengenal kalian satu persatu. Tapi tidak dengan absen. Saya ingin kalian berakting menangis sesedih mungkin. Oke!” Kata Bang Adly kemudian. Anak-anak menjawabnya dengan penuh antusias. “Okeee Bang!”Jawab mereka kompak. Tidak begitu dengan Ketty. Ia masih enggan mengangkat kepalanya. Bang Adly nggak mungkin lupa dengannya. “Hei kamu!”Katanya kemudian. “Kesini sebentar!”Katanya lagi. Fani menyikutnya. “Kamu di panggil kedepan tuh.”Kata Fani. Ketty mendongak. “Hah?”Katanya kaget. Lalu ia melihat kedepan. Bang Adly tengah menatapnya lurus. Dengan berat Ketty pun bangun dari duduknya. Ia berjalan kedepan. Lalu ia berdiri di hadapan Bang Adly. “Apa wajah saya begitu menyeramkan buat kamu?”Katanya selidik. Ketty terkekeh, lalu ia mengangkat kepalnya, dan menatap cowok yang tadi di tabraknya di depan toilet. “Berikan satu alasan, kenapa tadi kamu kabur?”  Tanya Bang Adly menatap Ketty serius. Membuat cewek itu sedikit gugup. “Hmm, aku fikir anak nakal ini tidak peka.”celetuk Bang Adly. Ketty menggigit bibir bawahnya. “Ayo, katakan.”Katanya lagi. “Hm, aku tidak bermaksud  kabur kok. Hanya saja buru-buru ke kelas. Terlebih, aku malu pada anda.”Jawab Ketty membalas tatapan Bang Adly. Cowok dewasa itu terlihat begitu tenang dan sabar. Tatapannya membuat Ketty merasa terpojok, seperti sedang dimarahi ayahnya. “Maafkan aku.”Kata Ketty sambil menundukkan kepalanya. Bang Adly menghela nafas. Lalu ia tersenyum tipis. “Bagaimana mungkin, anda membuat saya begitu terpojok?”Tanya Ketty ketus. “apa?”Bang Adly menatapnya heran. Ketty merengut. “Hei, anak nakal. Bagaimana mungkin kamu berbicara seperti itu dengan saya?”Tanya Bang Adly. Ketty memonyongkan sedikit mulutnya. “Hsss.. anda membuat saya begitu terpojok. Padahal kan saya tidak sengaja menabrak.”Gerutu Ketty. Mendengar kepolosan Ketty, Bang Adly tidak kuasa menahan tawanya. Ia mendekati Ketty. Lalu memegang kepalanya. Ketty pun mendongak menatapnya lugu. Bang Adly tersenyum. “Aku tidak bermaksud membuatmu merasa begitu. Ya sudah, pergilah duduk. Aku akan mengabsenmu nanti.”Katanya bijak. Ketty tersenyum. Lalu menganggukkan kepalanya. Bang Adly melihatnya hingga anak itu kembali duduk di samping Fani. Ia menggeleng pelan. “Masih saja dia memanggilku seperti itu. Padahalkan kami tidak seumuran. Hhh, dasar anak nakal.”Katanya masih terus tersenyum geli. Bang Adly pun mulai berjalan mengelilingi kelas barunya. Mulai mempelajari muridnya satu persatu. Mereka tidak begitu buruk. Meskipun sedikit nakal, tapi mereka anak-anak yang rajin. Bang Adly kembali tersenyum.  “Kett, aku akan pergi ke toilet sebentar. Menahan pipis, buat aku benar-benar ingin menangis hebat.”Bisik Fani meringis. Ketty tertawa, lalu ia mengangguk. Huft, dia sendiri tidak mengerti harus memulai dari mana untuk berlatih akting menangis seperti perintah Bang Adly tadi. Sambil berusaha memikirkan kepergian Kak Mega yang sangat menyedihkan tadi, ia berusaha mengontrol emosinya, agar tangisnya tidak meledak-ledak seperti di ruang Auditorium. “Hsss.. aku benar-benar tidak bisa menangis. Gara-gara cowok sialan itu! Huh!”Umpat Ketty kesal. “Siapa cowok sialan itu?”Kata Bang Adly sambil berkacak pinggang. “Hah?”Ketty melongo hebat. Bang Adly menunduk didekatnya. “Siapa cowok sialan itu?”Tanyanya lagi. Ketty menggaruk-garuk kepalanya sambil meringis. Hehehhe, membuat rambut panroknya yang gelombang sedikit berhambur. “Hmm, bukan anda kok. “Jawabnya sambil menggigit bibir bawahnya. Bang Adly mengernyitkan dahi. “Ya, bukan anda. Swer!”Katanya meyakinkan sambil memperlihatkan jemarinya yang membentuk angka 2. Bang Adly manggut-manggut. “Lalu, kenapa kamu Nampak begitu kesulitan untuk akting menangis? Hm, bukankah Miss. Mega baru saja pergi?”Tanya Bang Adly, lalu ia menghela nafas. “Kabar yang saya dengar, kalian begitu dekat. Apa kamu tidak merasa kehilangan?”Sambungnya. ketty ikut menghela nafas. “Maafkan aku. Tapi aku benar-benar sedang kesal dengan seseorang. Sungguh, aku tidak bisa menangis lagi.”Kata Ketty menyesal. Bang Adly tertawa kecil. Lalu di letakkannya telapak tangannya di atas kepala Ketty. Persis seperti yang dilakukannya di depan kelas tadi. “Aku tidak tau pasti siapa orang yang bisa membuatmu begitu kesal. Tapi yang pasti, aku harus menguji bakat aktingmu. Well, kamu boleh akting marah sesuka hatimu. Oke,”Katanya bijak diakhiri senyum. Ketty mengangguk sambil tersenyum lega. “Hm, anak nakal ini.”Batin Bang Adly sambil menjauh dari Ketty. Sedang Ketty tengah tersenyum lega menatap ke Bang Adly, hingga cowok dewasa itu kembali ke mejanya dan duduk di sana. Dia sungguh bijak dan dewasa. Kata Ketty dalam hati “Ketty, Kamu nggak lagi ngeliatin Bang Adly kan?”Panggil Fani tiba-tiba muncul dihadapan Ketty. Hah? Ketty buru-buru membetulkan posisi duduknya, lalu menoleh ke Fani. “Nggak.”Jawabnya singkat. “Tapi doi memang kereen. Tuh, coba liat.”Bisik Fani sambil cengengesan. Ketty mengikuti Fani. Mereka memperhatikan Bang Adly yang tengah duduk di atas mejanya sambil bersiul kecil, hampir tidak terdengar. Gayanya yang cute tapi dewasa itu, membuat murid-murid kelas teater A senang melihatnya. “Bahkan doi tidak keliatan berumur 30 tahun kan?”Bisik Fani tanpa menoleh. “Bagian mananya yang keren? Diakan bukan cowok 20 tahun, harusnya tidak mesti bersiul-siul seperti itu. Lagipula, duduk di meja kan bukan hal yang baik Fani Aguiela?”Bisik Ketty dengan nada tinggi. Fani meliriknya dengan tawa kecil. “Hm, Ketty Quiin, tidak masalah tuh. Hehehe,”Balasnya cengengesan. Ketty mendengus.  “Bagaimana mungkin aku bisa menangis. Suasana hatiku begitu baik hari ini.”Ucap Fani pelan sambil tersenyum tanpa maksud yang jelas. Ketty menatapnya. Dongkol. Huft, ia menundukkan kepalanya di atas meja. “Pulang nanti makan ice cream yuk. Aku merasa bete hari ini.”katanya menoleh ke Fani. Cewek itu mengangguk cepat. “Tapi kenapa dengan hari ini, Ketty? Apa kamu merasakan duka begitu mendalam karena kepergian Kak Mei?”Tanya Fani terharu. Ketty mengangguk cepat. “Baiklah, aku yang akan mentraktirmu ice cream hari ini. Jangan sedih ya,”Bisik Fani sambil menepuk bahu Ketty pelan. Ketty mengangguk sambil tersenyum. “Baiklah anak-anak. Waktunya tiba. Saya akan mengabsen kalian secara random.”Kata Bang Adly dengan suara lantang. Ketty celingukan, dia melihat seluruh teman-temannya siap dengan peran sedih mereka. Lalu Ketty mulai merasa khawatir.

Sunday, January 1, 2012

Kau Terindah


    Jayco berdiri diambang pintu café. Ia melihat kesegala arah, mencari tempat kosong untuk dia. Lalu sebuah meja menarik perhatiaanya. Letaknya dipinggir jendela. Posisi duduk tamu menghadap ke jalan. Tepat didepan sebuah losmen minimalis. Meja itu bernomor 09 dan kosong. Tanpa pikir panjang Jayco segera menduduki kursi yang menghadap kejalan. “Lumayanlah buat hiburan.”Batinnya. lalu ia mulai menarik nafas, menghilangkan semua penat yang ada di kepalanya. “Mau pesan apa?”Tanya seorang waiters. “Yang seger and yang dingin.”Jawab Jayco, kepalanya menengadah ke atas. Kening waitres sedikit berkerut. Perasaan yang seger itu yaa yang dingin. Batinnya geleng-geleng kepala. “Makannya apa?”Tanyanya lagi. Jayco menggeleng pelan. Waitres itupun segera pergi dari hadapan Jayco. Lalu cowok ini menutup kedua matanya sejenak, mulai menarik nafas dan menghembuskannya. Huft, Ia pun membetulkan posisi duduknya dan menatap keluar jendela. Tampak bebereapa kendaraan tengah lalu lalang. Hanya beberapa saja, karena  “café alone” ini tidak berada di pinngir jalan besar. Bangunan simple tapi interest ini di bangun di jln losmen. Tepatnya di hadapan losmen mandiri. Seperti namanya, café ini benar-benar sendiri keberadaannya. Sejurus kemudian Jayco bersandar dikursi lalu mulai mengetuk-ngetuk meja di hadapannya. Tiba-tiba ketukannya terhenti. Wajahnya serius menatap ke losmen diseberang jalan. Disana tampak seorang gadis yang baru saja menutup gerbang losmennya. Lalu ia berdiri didepan gerbang. Berdiri tegap dengan wajah tenang. Rambutnya tergerai indah sepinggang, ia memakai blouse abu-abu dengan syal berwarna hitam. Ia Nampak begitu anggun dan sangat mempesona. Jayco tersenyum kecil kearahnya, melihat wajah yang tenang itu, membawa perasaan Jayco ikut tenang.  “Mau ngapain sih dia?” batin Jayco penasaran. 5-10 menit berlalu. Sang gadis anggun nan elok itu masih berdiri disana. Tatapan jayco lurus menatapnya. Ia menarik nafas. “betah amat dia berdiri disitu. Nungguin apa sih.”batin Jayco lagi. Namun tidak merubah posisi sang Gadis di depan sana. Sesekali ia menyibakkan rambutnya. Mencoba mengurangi sedikit gerah karena terlalu lama berdiri. “Kasian, tega banget sih cowok yang mau jemput dia ini.”batin Jayco lagi. Eeh, memangnya cowok yang mau jemput dia? Sok tau nih Jayco. Beberapa jurus kemudian, sebuah Taxi berhenti di hadapannya. Gadis itu pun masuk dan berlalu bersama dengan  lenyapnya taxi di telan kegelapan malam. Jayco kembali menarik nafas dan bersandar di kursinya. Kesunyian café membuatnya terkantuk. Ia pun beranjak meninggalkan café alone.
                                                         ***
Joy berjalan kekoridor gedung H untuk kesekian kalinya. Ia menoleh kesana-kemari. Nihil, orang yang di cari-cari sejak setengah jam yang lalu tidak nampak batang hidungnya sama sekali. “Shit! sialan tuh anak !”Umpat Joy sambil mengepalkan tangan kanannya. “Dam,”Joy menepuk bahu Adam yang baru saja akan melewatinya bersama Maya. Adam pun menoleh, lalu mengangkat kedua alis matanya. “Loe liat Jay?!”Tanya Joy sambil celingukan. Siapa tau tuh anak nyempil di kaki-kaki orang. Weits.. kucing kali. “Cari aja di kantin.”Jawab Adam dan berlalu dari hadapan Joy. Tidak membuang-buang waktu lagi, Joy segera menuju kantin yang di maksud Adam.
Setibanya di kantin, Joy segera menuju bangku yang paling pojok, menghadap jendela. Tuh kan bener, Jayco lagi menikmati White Coffee seorang diri. Joy pun segera duduk di hadapannya dan mengembuskan nafas, Hosss.. “Dari mana Loe?”Tanya Jayco menatap heran ke Joy yang ngos-ngosan. “Loe yang kemana aja geblek. Songong loe nggak angkat telpon gue.”Umpat Joy. Jayco pun merogoh kantong celananya dan melihat 5 panggilan tak terjawab. “Sori, Hp gue silent dari tadi malam.”Kata Jayco datar. Tanpa memesan ke battender, pihak kantin sudah hapal mati pesanan Joy. Selalu sama dengan Jayco dan masih sama. White Coffee no cream. Kata cewek manis ini, Cream bikin muntah. Oh iya, jangan kira kalau Joy itu cowok keren yang suka ngilang kayak Jayco loh. Dia cewek. Tulen ! hmm.. maksudnya cewek jadi-jadian. Masih diragukan. Haha, nggak dink !
Joy itu cewek. Cewek dengan  rambut panrok sebahu. Dia punya lesung pipi secuil aja di sebelah kanan. Jayco sempat heran juga, itu lesung atau bekas paku 3 inci ? kecil banget katanya. Haha, tapi cukup buat Joy menarik untuk dilihat dan di pandang dari jarak kurang lebih 100 meter. Kenapa dia di panggil Joy? Itu panggilan akrabnya dia yang manis tapi macho. Alias Tomboy !
Nama sebenarnya sih Jessica tok. Jessica doank. Jessica aja. Yah, pokoknya Jessica lah. Seantero kampus juga udah akrab sama panggilan itu. Satu-satunya orang yang nggak mau banget manggil Joy cuma Mama Jayco. Alias Tante Jeni. Waktu pertama kali bertandang kerumah Jayco, Tante Jeni sempat Shock melihat cewek manis yang mengenakan celana berkantong dan bersweter. Beda jauuuh sama Shinta. Mantan pacar Jayco yang baru putus minggu malem. Alasan Tante Jeni sih,”Cewek manis kayak Jessi nggak pantas di panggil Joy. Mama keberatan !”Katanya gitu. Hihihi, Joy aja sampe tersanjung dengernya, tapi nggak berhenti ketawa. Trus, kenapa nama mereka mirip ?! itu cuma kebetulan aja. Mereka kuliah di Fakultas dan jurusan yang sama. Fkip, Sastra Inggris. Sejak awal menginjakkan kaki di Universitas Merdeka, Joy and Jayco sudah terbilang akrab, gara-garanya banyak persamaan. Sama-sama doyan makan tanpa mengenal lelah, sama-sama doyan music regge, sama-sama doyan begadang sampai dini hari, sama-sama demen fitnes, sama-sama demen ngantin menjelang tutup, sama-sama hantunya PS. Mulai jamannya meggymbot, Nintendo sampe akhirnya PS1, PS2, PS3. Hingga sekarang mereka duduk di semester 7 menjelang skripsi. Persamaan itu belum ada yang berubah. Bahkan levelnya naik 1 tingkat gara-gara Mata Kuliah TEFL and TOEFL.
            “Semalem loe kemana? Di ajakin main PS, kabur. Nyali tempe !”Tanya Joy sambil mengunyah kue sus yang baru saja di pesannya. Kebetulan, belom sarapan. Tante Rani tadi buru-buru kekantor, makanya nggak sempet bikin roti selai buat Joy seperti biasanya. Padahal dia kan bisa buat sendiri, dasar malas. “ke Café. Bete gue.”Jawab Jayco masih datar. Joy mengangkat kedua alisnya. Cowok tengil tapi keren ini kan baru diputusin Shinta, yang sudah di pacarinnya sejak SMA. Terhitung 5 tahun sejak mereka kelas 3 SMA dan di putuskan Shinta seminggu yang lalu. Joy menyaksikan peristiwa mengenaskan itu kok. Ngeeek.. tragedy lubang buaya kali mengenaskan. Haha..
Sejurus kemudian, Jayco bangun dari sandarannya. Lalu meletakkan kedua tangannya di atas meja. “Semalem loe kemana?!”Tanya Jayco. Sambil menelan kue susnya yang ke3, Joy berusaha menjawab. “Gue ke rumah loe dodol. Mama loe bilang loe jalan, gue cabut. Nangkring gue di tempat Awam ma Radit mpe jam 2.”Jawab Joy yang baru saja memenangkan taruhan PS2 sebesar 200 ribu dari Radit, teman sekelasnya Mata Kuliah TEFL. Awam itu nama tempat penyewaan PS favorit Jayco and Joy. Pemiliknya rada-rada bences. Jadinya gampang di kibulin. Hehe, “Semalem gue liat cewek Joy. Kayaknya dia tinggal di losmen depan café deh. Anaknya cakep. Manis.”Kata Jayco diakhiri senyum. Joy menyeruput White Coffeenya, sruuup… “Cakep atau manis?!”Tanyanya selidik. “Manis, cantik, anggun, rupawan.”Jawab Jayco cengengesan. “Hhhh.. dasar geblek! Kambing di bedakkin juga loe bilang manis.”Sahut Joy. Lalu meraih martabak hindia di hadapannya dan mencoleknya di kare ayam. Mantaap. “Gue serius Joy. Perawakannya tuh tinggi, semampai, anggun, wibawa. Pokoknya dia beda deh. Gue belom pernah liat cewek kayak dia. Gue suka gayanya yang santai tapi adem.”Kata Jayco lagi sambil mengingat gadis semalem yang dilihatnya. “air kran kale, adem.”Sahut Joy. Jayco masih lanjut menceritakan gadis yang dilihatnya tadi malam. “Pokoknya Joy. Cewek yang satu ini, makhluk Tuhan yang paling Manis deh. Anggun and mempesona.” Trus “Pokoknya Joy. Gue harus balik ke café itu lagi. Gue mau liat dia lagi. Kira-kira dia pake syal nggak ya? Warna apa ya?” sambungannya lagi “Pokoknya Joy. Ntar malem loe harus ikut gue, loe harus liat gadis idaman gue yang Elok rupawan. Harus !” dan yang paling aneh “Menurut loe dia jodoh gue, bukan?” haaa??? Joy mendelik. Lalu tertawa terpingkal-pingkal, sambil tertawa ia berusaha menelan martabak hindia yang ke2. “Gila loe ya,”Sahut Joy. Lalu menyeruput White Coffee dan glek.. glek.. glek.. habis. Jayco menendang sepatu kets Joy. “Songong loe ya, malah ngetawain gue.”Ujarnya kesal. “Aah sialan loe. Martabak gue juga loe embat.”Kata Jayco lagi. Ternyata yang kedua porsinya Jayco. “Oh punya loe say? Aduh, kenapa nggak bilang? Kemakan deh.”Kata Joy dengan ekspresi bersalah. “Say.. saympah ! emang dasar mulut loe penggilingan beras !”Umpat Jayco lagi. Joy pun tertawa geli melihat ekspresi sahabatnya itu. Seseorang tengah memandang kesal tawa itu. Ia memerhatikan dari kejauhan. Lalu berjalan kearah meja mereka. Lalu duduk di sebelah Jayco. Tawa Joy pun terhenti. Suasana menjadi sedikit kaku. “Say, aku mau ngomong sebentar.”Kata cewek berambut spiral yang mengenakan softlens ijo. Nenek sihir mata duitan. Itu julukannya dari Joy. “Say. Saympoo.”Sahut Joy. Shinta melirik jutek kearahnya, “Sori ya JJ. Gue nggak ada urusan sama loe.”Ujarnya ketus. “Never mind. Gue tunggu loe di kelas seminar Sayy.”Kata Joy dengan menekankan kata say. Lalu ia pergi dari hadapan mereka. Jayco menoleh ke Shinta. Dari tatapannya, dia masih sayang sama cewek manja ini. “Ngomong aja disini.”Jawab Jayco. “Nggak bisa say. Ini privasi.”Ucapnya lurus menatap Jayco. “say” itu adalah panggilan sayang Shinta ke Jayco sejak SMA. Nggak heran kalau Joy kadang memanggil plesetannya untuk mengolok Jayco. “Udah nggak ada privasi di antara kita Shin.”Kata Jayco. “Well,”Ucap Shinta lalu memutar kursinya menghadap ke Jayco.
“Mama aku sakit.”Ucap Shinta dengan suara berat. Jayco mengerutkan keningnya.
“Jantung koroner itu? Katamu sudah dibawa ke Singapor.”
“Iya. Mama baru pulang kemaren. Sama sekali nggak ada perubahan Say. Tadi pagi aku anterin Mama berobat alternative. Salah satu upaya penyembuhannya membantu menenangkan tekanan batinnya.”
“So?” Tanya Jayco to the point.
“Hmm.. Mama shock denger kita bubaran. Dia mau ketemu kamu.” Kedua alis mata Jayco kembali mengekrut. “Untuk apa?”Tanyanya. “aku nggak tau. Mama shock banget. Bahkan tekanan darahnya naik jadi 188. Kamu mau ya Say. Please,”Ujar Shinta memohon. Jayco menarik nafas, “Harusnya Mama kamu bisa menerima kenyataan ini Shin. Diantara kita memang nggak ada kecocokan lagi. Loe juga terang-terangan udah bosan sama aktivitas gue. Bahkan loe yang mutusin gue. Dan gue bisa terima itu. Harusnya loe bisa meyakinkan nyokap loe. Minimal silahturahmi kita masih baik kan.” Terang Jayco. Shinta memegang telapak tangan Jayco. “Please Jay. Aku masih sayang sama kamu.”Ucap Shinta. Jayco segera menjauhkan tangannya dari Shinta. Lalu ia meneguk white coffee di hadapannya. Glekk.. gleekk.. habis.. “Well, kapan?”Tanya Jayco. Shinta tersenyum kecil. “Nanti sore. Sepulang dari kampus. Yaa?”katanya lagi. Jayco mengangguk lalu berdiri dari duduknya. “call me,”ucapnya lalu berjalan ke kasir dan menyusul Joy di kelas seminar. Ternyata dosen mata kuliah ini belum masuk. Jayco segera celingukan, dan mendapati sahabatnya tengah mengenakan headset sambil mengangguk-angguk mengikuti irama music. Tidak membuang banyak waktu, Jayco segera menceritakan hal yang di sampaikan Shinta padanya. Mendengar Jayco mengajaknya kerumah Shinta nanti sore, Joy segera memendelikkan mata. “Hhh.. mending gue marathon keliling kampus.”Ucapnya asal. “Ayolah Joy. Sekali ini aja,”rengek Jayco. “Males gue. Yang kemaren cukup yang pertama and terakhir dalam hidup gue nyambangin sarang nenek sihir mata duitan itu. Loe mau gue di sebutnya apalagi? Gembel udah, menjijikkan udah, cewek paling jorok sejagad raya udah, cewek apalagi? cewek jadi-jadian?!”Kata Joy dengan nada tinggi. Mendengar kata cewek jadi-jadian, Jayco pun tertawa kecil. “Tuh, loe aja ketawa. Emang dasar loe kesayangannya nenek sihir mata duitan.”Katanya jutek. Jayco pun tertawa, lalu ia menghambur rambut Joy. Rambutnya yang panrok itu, terlihat keren kalau sedikit berhamburan. “Hehe.. sensitip banget loe. Kayak banci tau. Semuanya kan nggak bener, ngapain loe mesti sewot?!”Tanya Jayco. Joy pun menatapnya kesal. Lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Jayco. “Justru karna semuanya bener tau. Geblek !”Katanya tajam lalu tertawa kecil jayco pun tertawa.